Tren Rupiah Menguat, BPS Waspadai Dampaknya ke Ekspor

CNN Indonesia
Senin, 17 Okt 2016 15:34 WIB
Di tengah penurunan harga komoditas dan melemahnya permintaan global, apresiasi kurs akan semakin membebani kinerja ekspor Oktober.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan. (ANTARA FOTO/Dewi Fajriani)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan eksportir untuk memperhatikan tren penguatan rupiah yang berlangsung saat ini. Pasalnya, di tengah penurunan harga komoditas dan melemahnya permintaan global, apresiasi kurs akan semakin membebani kinerja ekspor Oktober.

Hal itu disampaikan oleh Kepala BPS Suhariyanto, usai mengumumkan hasil kinerja ekspor September 2016 di kantornya, Senin (17/10).

"Yang mempengaruhi total ekspor kan banyak faktor, tak hanya nilai tukar, permintaan dan harga komoditas juga mempengaruhi," ujar Suhariyanto.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pengaruhnya ada tapi bayangan saya tidak akan terlalu besar. Pengaruhnya seberapa besar nanti kami lihat dulu di Oktober," lanjutnya.

Rupiah sempat anjlok ke level terdalam sepanjang sejarah setelah menembus kisaran Rp14 ribu per dolar AS pada akhir September 2015. Sejak saat itu,  rupiah kembali menguat secara bertahap dan sempat menembus kisaran Rp12.900 pada akhir September lalu.

Namun, seiring dengan berkurangnya aliran dana repatriasi dan meredanya euforia kebijakan amnesti pajak periode pertama, kurs Rupiah kembali merangkak ke kisaran Rp13 ribu per dolar AS sampai detik ini.  

Meskipun tidak signifikan, BPS mengaitkan secara tak langsung penguatan kurs terhadap kinerja ekspor yang melemah pada September.

BPS mencatat, nilai ekspor September 2016 melemah 1,84 persen, dari US$12,74 miliar pada Agustus menjadi US$12,51 miliar.

Secara kumulatif, nilai ekspor Januari-September 2016 turun sekitar 9,4 persen menjadi US$104,36 miliar dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$115,2 miliar.

Namun, penurunan ekspor rupanya bersamaan dengan penurunan impor sehingga Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) justru mengalami surplus sekitar US$1,21 miliar pada September ini. Sedangkan pada Agustus lalu, NPI sebesar US$0,29 miliar (ags/ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER