Jakarta, CNN Indonesia -- Industri perbankan dalam negeri terus didorong untuk memberikan kredit dengan suku bunga murah demi menggerakkan permintaan masyarakat yang masih lemah. Bank sentral terus berupaya mendorong perbankan untuk bisa menawarkan kredit murah melalui pelonggaran kebijakan moneter.
Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan BI 7
Days Reverse Repo sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen. Dengan begitu, BI telah melakukan pelonggaran kebijakannya sebanyak enam kali terhitung sejak awal tahun dengan besaran 150 bps.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Makro dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, meski transmisi kebijakan moneter terhadap permintaan kredit dinilai belum optimal, namun pelonggaran tersebut ampuh menyeret turun suku bunga lainnya. Tercatat, suku bunga simpanan, khususnya deposito, telah turun 108 bps. Sementara, penurunan yang cenderung lambat terjadi untuk suku bunga kredit, yakni hanya sekitar 60 bps.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad, penurunan suku bunga bank bakal dilakukan secara bertahap. Selain itu, pelemahan ekonomi global juga menjadi faktor yang memengaruhi perbankan masih enggan menurunkan suku bunganya begitu dalam.
"Bertahap lah, dan ini juga banyak ditentukan perkembangan ekonomi sekarang," kata Muliaman usai menghadiri rapat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) pekan lalu.
Belum berartinya penurunan suku bunga bank hingga saat ini juga dipengaruhi oleh gejolak ekonomi global. Harga komoditas yang masih belum beranjak jauh dari level terendahnya membuat bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit agar rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tidak merangkak naik. Hal ini juga menjadi faktor yang mendorong suku bunga bank masih tinggi.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Maryono beralasan, lambannya penurunan bunga kredit perbankan juga tak lepas dari kondisi likuiditas bank yang masih sangat bergantung dengan dana-dana berbiaya mahal.
Ia mengatakan, tidak mudah bagi bank untuk menurunkan suku bunga kredit, mengingat bunga kredit merupakan komitmen yang ditawarkan bank kepada nasabah yang harus disesuaikan dengan sumber dana yang dimiliki oleh bank.
Jika bank banyak menerima dana berbiaya mahal, maka kredit yang dilempar kepada para nasabah terpaksa dipasang mahal sesusai dengan biaya dana yang didapat oleh bank.
Bahkan, ia memprediksi dampak pemangkasan suku bunga acuan BI terhadap kebijakan bunga kredit bank baru akan terasa dalam kurun waktu enam bulan ke depan, dengan asumsi kondisi ekonomi domestik dan global dalam kondisi yang stabil.
"Sebetulnya tidak ada kesulitan. Cuma ini memang kita butuh waktu dilakukan secara pelan-pelan. Saya yakin tahun depan saya kira sudah bisa semua (turun)," kata Maryono saat dihubungi.
Menurut data Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan yang dihimpun CNNIndonesia.com, hingga akhir September tercatat sejumlah bank masih menawarkan kredit dengan bunga dua digit untuk segmen tertentu. Segmen tersebut antara lain Kredit korporasi, Kredit Mikro serta Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
 Ilustrasi. (CNN Indonesia/Fajrian) |
(bir/gen)