Investor Jepang Tak Lagi Nyaman Tanam Modal di Batam

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 24 Okt 2016 12:01 WIB
Seiring dinamika kerjasama perdagangan internasional, investor Jepang semakin selektif memilih lokasi investasi yang dianggap paling menguntungkan.
Seiring dinamika kerjasama perdagangan internasional, investor Jepang semakin selektif memilih lokasi investasi yang dianggap paling menguntungkan. (CNN Indonesia/Vega Probo).
Jakarta, CNN Indonesia -- Investor Jepang menilai daya tarik Batam sebagai salah satu kota tujuan investasi di Indonesia makin tergerus. Hal itu dipicu oleh berbagai kerja sama perdagangan di dunia yang bisa memangkas hambatan perdagangan seperti Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan kerjasama Trans-Pasifik (TPP).

Daiki Kasugahara, Presiden Direktur Organisasi Perdagangan Luar Negeri Jepang (Jetro) untuk Indonesia mengungkapkan, pada era 1990-an Batam menarik perhatian sebagai basis ekspor karena ditetapkan sebagai zona perdagangan bebas (FTZ) oleh pemerintah.

Selain itu, Indonesia juga memiliki berbagai keunggulan berupa tenaga kerja, sumber daya alam dan juga daya saing ekspor dengan memanfaatkan keunggulan geografis dibandingkan negara-negara Asia lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seiring dinamika kerjasama perdagangan internasional, investor Jepang semakin selektif dalam memilih lokasi investasi yang dianggap paling menguntungkan di dunia.

"Akhir-akhir ini Jepang memilih tujuan investasi yang optimal dibandingkan negara-negara tetangga lainnya. Terus terang, dalam hal daya tarik Batam semakin menurun," tutur Kasugahara saat menghadiri Forum Investor Jepang di kantor Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), Senin (24/10).

Karenanya, lanjut Kasugahara, Jepang menaruh perhatian besar terhadap upaya perbaikan iklim investasi di bawah kepemimpinan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Diharapkan, hal itu bisa meningkatkan daya saing Indonesia, termasuk Batam.

"Kami juga memberikan penilaian yang cukup tinggi terhadap performa yang dilakukan oleh pemerintahan Joko Widodo khususnya yang terkait dengan upaya deregulasi dan percepatan perbaikan iklim investasi yang dilakukan melalui terbitnya paket kebijakan ekonomi," ujarnya.

Ke depan, Kasugahara berharap pemerintah bisa memulihkan fungsi Batam sebagai pintu masuk atau gateway untuk menjembatani perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara lain di Asia Tenggara dan Dunia.

Di tempat yang sama, Gusmardi Bustami selaku Deputi Bidang Pelayanan Umum Pengusahaan (BP) Batam mengungkapkan pemerintah terus melakukan upaya perbaikan iklim investasi di Batam misalnya dalam bentuk pengurusan izin investasi tiga jam oleh BKPM maupun reformasi manajemen lahan.

Tak hanya itu, pemerintah juga akan melakukan upaya perbaikan daya saing dalam hal infrastruktur seperti pembangunan kereta ringan cepat (LRT), bandara, dan terminal kontainer.

"Ke depan kami akan fokus ke delapan industri yaitu industri hijau, bongkar muat di tengah laut (transhipment), informasi dan komunikasi, perbaikan dan pembangunan kapal, elektrik dan elektronik, pariwisata, kilang dan penyimpanan minyak dan gas, serta jasa outsourcing, " kata Gusmardi.

Sebelumnya, pemerintah juga sudah menyetujui rencana peralihan Batam dari FTZ menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

"Presiden telah menyetujui tetapi proses transisinya sendiri membutuhkan waktu tiga tahun dan masih bisa berubah sesuai evaluasi, " tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution beberapa waktu lalu.

Sebagai informasi, BP Batam mencatat tahun lalu, nilai investasi asing di Batam mencapai US$474,06 juta di mana sekitar US$47,4 juta atau 10,01 persen diantaranya berasal dari investor Jepang. Saat ini terdapat 40 perusahaan Jepang yang berinvestasi di Batam dengan nilai investasi mencapai US$384 juta. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER