BI Izinkan Penerbitan Surat Berharga Komersial Dalam Valas

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Senin, 24 Okt 2016 18:01 WIB
PT Federal International Finance berharap harga SBK bisa lebih kompetitif jika dibandingkan dengan dana pinjaman bank dan obligasi korporasi.
PT Federal International Finance berharap harga SBK bisa lebih kompetitif jika dibandingkan dengan dana pinjaman bank dan obligasi korporasi. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penerbitan Surat Berharga Komersial (SBK) atau commercial paper di pasar uang dalan negeri berpotensi menjadi alternatif sumber dana bagi perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka pendek.

Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan SBK bisa menjadi alternatif perseroan untuk mendapatkan tambahan modal dalam tenor 360 hari atau satu tahun.

Minimal penerbitan SBK berdasarkan kajian BI pun akan disamakan dengan minimal penerbitan Non Core Deposit (NCD) atau deposito jangka pendek, yaitu sebesar Rp10 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu akan mungkin bisa sebagai alternatif funding bagi perusahaan-perusahaan membiayai inventory dan short term liabilities yang sifatnya jangka pendek," ujar Nanang, Senin (24/10).

Penerbitan SBK juga nantinya bisa menggunakan rupiah atau pun valuta asing (valas). Sehingga investor luar negeri juga memiliki kesempatan yang sama untuk membeli SBK. Kepemilikan SBK nantinya akan tercatat dalam data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sehingga SBK tidak akan diperjualbelikan dengan sembarangan

"CP kita boleh rupiah dan valas. Nanti akan diperbarui rupiah dan valas," ujar Nanang.

Sedangkan mengenai return dari SBK itu sendiri, BI tidak akan memberikan besaran minimum tingkat bunga. BI berharap para penerbit SBL bisa menggunakan acuan dari tingkat bunga yang ada di Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR).

"Tidak akan diatur BI. Kami mengharapkan JIBOR, karena NCD juga kebanyakan dari JIBOR," ujar Nanang.

Dalam jangka panjang, Nanang menyebut kehadiran SBK di pasar uang mampu menggeser peran kredit modal kerja yang selama ini ditawarkan oleh perbankan.

Sementara itu Vice President Corporate Finance & Treasury Division Head PT Federal International Finance (FIF) Jerry Fandy berharap harga SBK bisa lebih kompetitif jika dibandingkan dengan dana pinjaman bank dan obligasi korporasi. Perusahaan multi pembiayaan menurutnya, sangat membutuhkan SBK sebagai aset dengan maturity di bawah satu tahun.

"Kami punya kebutuhan dana jangka waktu di bawah satu tahun, itu biasanya itu kami ambil dari pasar uang termasuk dari bank, nah SBK itu bisa memenuhi gap yang belum terisi tadi sehingga alternatif pendanaan kami bisa bertambah," ujarnya.

Berangkat dari kebutuhan tersebut, Ia memproyeksikan dari kebutuhan dana FIF Group sebanyak Rp21 triliun tahun depan, sebesar Rp2 triliun bisa diperoleh dengan cara menerbitkan SBK. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER