Surabaya, CNN Indonesia -- Bank Indonesia ikut memantau perkembangan krisis keuangan yang menimpa bank perkreditan terbesar di Jerman, Deutsche Bank AG. Bank sentral juga mewaspadai imbas negatif yang mungkin merembet ke Indonesia.
Hal itu disampaikan Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara di sela acara Indonesia Shari'a Economic Festival (ISEF) ke-3, Kamis malam (27/10).
Menurut Mirza, Deutsche Bank merupakan salah satu bank terbesar di dunia sehingga masalah keuangan yang melandanya dapat berdampak ke sistem keuangan global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya jadi
concern dong. Bank-nya
gede gitu," kata Mirza.
Department of Justice Amerika Serikat (DoJ AS) sebelumnya menuntut Deutsche Bank membayar denda sebesar US$14 miliar sebelum atas kasus penjualan efek beragun aset properti (
mortgage-backed securities) yang turut menyebabkan krisis keuangan di AS pada 2008.
Untuk membayar pinalti tersebut, Deutsche Bank pun melakukan efisiensi besar-besaran. Salah satunya dengan memangkas 4 ribu karyawannya di Jerman.
Kasusnya kemudian melebar hingga menjerat enam manajer Deutsche Bank ke penjara pada awal Oktober 2016, karena terlibat fraud transaksi derivatif yang melibatkan bank tertua di Italia, Banca Monte dei Paschi.
Mirza menerangkan, kondisi keuangan Deutsche Bank saat ini sudah jauh berbeda jika dibandingkan dengan kondisinya beberapa pekan lalu. Pembalikan positif harga saham Deutsche Bank di bursa Eropa dinilai Mirza sebagai indikator perbaikan kondisi keuangan bank asal Jerman itu.
"Kondisi Deutsche Bank pada tanggal 10 Oktober waktu diberitain itu dengan sekarang sudah berbeda. Paling gampang kalian lihat harga sahamnya di pasar Eropa. Kan sudah
rebound," tuturnya.
Dia pun menyambut baik rencana Deutsche Bank menjual anak perusahaannya untuk membayar denda. Menurutnya, itu merupakan langkah yang tepat untuk mendapatkan dana segar guna menutup sebagian kewajibannya ke Pemerintah AS.
"Kalau (anak usahanya) dijual kan malah dapat dana. Bagus dong," tandas Mirza.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diam-diam melakukan kajian mengenai potensi dampak kasus Deutsche Bank AG terhadap sistem keuangan Indonesia.
"Perlu dicermati lebih lanjut dampak temporer di pasar modal jika aktivitas bisnis Deutsche Bank terganggu," tulis Ojk seperti dikutip dari salinan hasil risetnya.
Menurut OJK, Deutsche Bank memiliki peranan yang cukup besar di pasar keuangan Indonesia, khususnya di pasar modal. Pasalnya, bank Jerman tersbut menguasai pangsa 42 persen dari seluruh kelolaan kustodian di negeri ini.
Tak hanya itu, jumlah saham yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) atas nama Deutsche Bank dan kliennya tercatat berjumlah 24,5 persen dari kapitalisasi pasar.
Sementara di pasar primer Surat Berharga Negara (SBN), OJK mencatat bahwa Deutsche Bank rata-rata memenangkan lelang sebesar Rp1 triliun atau 6,5 persen dari rata-rata hasil lelang.
karenanya, OJK mengaku telah memanggil manajemen Deutsche Bank yang beroperasi di Indonesia guna mendapatkan penjelasan atas kasus penalti yang berpotensi mengganggu kinerja keuangan bank tersebut.
Di Indonesia, Deutsche Bank telah beroperasi sejak 1969. Bank ini memiliki cabang di Jakarta dan Surabaya dengan mempekerjakan sekitar lebih dari 300 orang staf profesional.
Bank tersebut menawarkan berbagai produk dan jasa keuangan untuk perusahaan maupun institusi, pihak swasta, maupun pemerintahan. Jasa yang ditawarkan meliputi penjualan, perdagangan, penelitian dan penurunan utang dan ekuitas, merger dan akuisisi, produk manajemen risiko, serta perbankan transaksi.
(ags)