Jakarta, CNN Indonesia -- Enam anak usaha emiten grup Bakrie yang selama ini tidur mendominasi perdagangan saham pada Kamis (27/10) pekan lalu. Hal ini terlihat dari data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menunjukkan enam anak usaha Bakrie masuk dalam
top trading dari sisi frekuensi, volume, dan nilai.
Beberapa emiten tersebut, yakni PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS), dan PT Bakrie Sumatra Plantations (UNSP) Tbk.
Berdasarkan data BEI, saham ENRG berhasil menduduki posisi pertama dari sisi volume di mana saham ENRG meningkat 23,8 persen dari perdagangan sebelumnya. Kemudian, diikuti DEWA yang meningkat 12,5 persen, BRMS meningkat 11,1 persen, UNSP 8,1 persen, BUMI 7,6 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, dari sisi nilai transaksi saham BUMI menempati posisi pertama yakni meningkat 6,8 persen, kemudian diikuti ENRG 5,3 persen, dan BRMS 4,3 persen. Adapun, jika dari sisi frekuensi, saham ENRG berhasil menempati posisi pertama dengan peningkatan 8,1 persen. Kemudian dilanjutkan saham DEWA 7,3 persen, BUMI 6,7 persen, BRMS 5,6 persen, ELTY 5,1 persen, dan UNSP 3,3 persen.
Asal tahu saja, saham BRMS sudah menjadi penghuni saham di harga Rp50 atau biasa disebut saham gocap sejak 1 Oktober 2015. Namun, BRMS kembali bangkit pada 6 April 2016 lalu ke harga Rp62 per saham pada Kamis (27/10). Namun, pada perdagangan Jumat (28/10), BRMS dibuka pada harga Rp82 per saham dan ditutup melemah ke harga Rp75 per saham setelah bergerak dalam rentang harga Rp75-Rp89 per saham.
Adapun contoh lainnya yakni DEWA yang sudah tidur sejak 31 Juli 2012 tersebut akhirnya bangun pada perdagangan Kamis (27/10) ke harga Rp52 per saham, hingga berhasil menyentuh harga Rp61 per saham pada perdagangan Jumat (28/10). Emiten tersebut bergerak dalam rentang harga Rp51-Rp61 per saham dan ditutup stagnan di level harga Rp52 per saham.
Masuknya enam emiten dalam
top trading saham pekan lalu dari berbagai sisi tersebut, menurut Direktur Pengawasan Transaksi dan Perdagangan BEI Hamdi Hassyarbaini masih dalam batas wajar, karena kondisi pasar yang tak pernah bisa diprediksi. Menurutnya, semakin banyak saham emiten yang dapat diperdagangkan di bursa maka akan semakin baik karena investor memiliki banyak pilihan dalam membeli saham.
“Ya bagus dong, emang itu yang kami inginkan, banyak yang beli saham. Apa yang salah dengan itu?,” kata Hamdi, Jumat (28/10).
Kendati demikian, pihaknya akan terus melakukan pengawasan terhadap saham emiten yang bergerak tidak wajar, sehingga emiten itu akan masuk dalam radar bursa. Namun yang pasti, kenaikan beberapa harga saham emiten tersebut tentu saja memiliki sebab, misalnya saja terkait rencana emiten itu sendiri.
“Perusahaannnya kan bisa jadi mereka punya rencana, kayak BUMI dia punya rencana Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) tapi kan ditunda. Namun investor kan pasti melihat ada titik terang kalau itu disetujui. Beli saham kan masalah ekspektasi, harapan, investor pasti kan melihat itu. Jadi tidak ada yang salah, kalau ada yang beli bagus, transaksi di bursa jadi bisa tercapai,” papar Hamdi.
Pencapaian emiten Bakrie masuk dalam
top trading beriringan dengan tercapainya rekor baru di BEI, di mana jumlah investor aktif yang bertransaksi mencatat rekor terbarunya pada perdagangan saham pekan laliu yang mencapai 38.734 investor. Sebelumnya, jumlah investor BEI mencapai rekor pada 9 Agustus 2016 lalu dengan total 35.455 investor.
Sementara, total frekuensi perdagangan saham yang tercipta juga berhasil tercatat sebagai rekor yaitu sebesar 428.640 kali transaksi, dengan rekor tertinggi sebelumnya yang tercatat pada 13 Juli 2016 sebesar 376.777. Sementara, rekor total volume perdagangan saham yang tercipta pada pekan lalu sebesar 39,04 miliar saham dengan rekor tertinggi sebelumnya pada 8 April 2011 sebesar 29,83 miliar saham.
Menurut analis Samuel Sekuritas Muhammad Al Fatih, kenaikan beberapa saham emiten Bakrie ini diprediksi karena terkena dampak dari ditundanya proses PKPU terkait utang BUMI terhadap beberapa kreditor. Jika PKPU disetujui, maka tentunya akan berdampak baik bagi perusahaan, karena tak perlu melakukan pembiayaan terhadap utang perusahaan karena akan diganti dengan saham emiten.
“Kan proses PKPU diundur, jadi ada spekulasi akan disetujui jadi tidak perlu menyediakan biaya utang, nanti jadinya diganti saham. Nah dengan kondisi ini timbul minat investasi terhadap saham BUMI. Ditengah sentimen BUMI ini berdampak juga pada beberapa saham emiten lainnya karena ada spekulasi kinerja emiten-emiten lain itu akan membaik. Jadi artinya ada sentimen grup,” ungkap Al Fatih.
Sentimen lainnya yang mendorong keenam emiten ini dapat menjadi
top trading yakni, mulai naiknya harga komoditas batu bara belakangan ini. Seperti diketahui harga batu bara pada awal tahun masih berada pada US$50 per metrik ton, sedangkan saat ini sudah berkisar pada harga US$90 per metrik ton. Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah yang berkisar pada Rp13 ribu juga ikut menambah sentimen positif pada beberapa emiten Bakrie tersebut.
“Dengan kondisi yang baik ini, masih perlu dilihat apakah emiten-emiten ini dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperbaiki fundamental atau kinerja mereka,” pungkasnya.
(gen)