Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kenaikan harga-harga barang dan jasa sepanjang bulan lalu. Hal itu terungkap dalam laporan inflasi Oktober 2016 yang sebesar 0,14 persen. Sementara bila dibandingkan Oktober 2015, pada periode tersebut, justru terjadi deflasi sebesar 0,08 persen.
Dengan catatan tersebut, maka laju inflasi kumulatif untuk tahun kalender atau Januari-Oktober 2016 sebesar 2,11 persen.
Apabila dibandingkan dengan Oktober tahun lalu, inflasi bulan lalu meningkat 3,31 persen (
year on year).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari 82 kota yang disurvei, 48 kota mengalami inflasi dan 34 kota mengalami deflasi," ujar Kepala BPS Suharyanto di kantornya, Selasa (1/11).
Menurutnya, inflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,32 persen. Sementara inflasi terendah terjadi di Depok dan Manado, masing-masing sebesar 0,01 persen.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 1,1 persen dan terendah di Banda Aceh dan Merauke, masing-masing sebesar 0,02 persen.
"Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya beberapa indeks kelompok pengeluaran," jelas Suhariyanto.
Dia merinci, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat mengalami inflasi sebesar 0,24 persen pada bulan lalu. Sementara kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi 0,56 persen.
Untuk kelompok kesehatan, BPS malaporkan inflasi sebesar 0,29 persen. Berkitnya adalah kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang mengalami inflasi 0,1 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,21 persen, kelompok sandang 0,31 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,03 persen.
Khusus untuk komponen inti, BPS melaporkan inflasi Oktober sebesar 0,1 persen. Sementara tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Oktober) sebesar 2,68 persen, dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun 3,08 persen.
(ags)