Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) membuat papan perdagangan khusus untuk emiten yang harga sahamnya di batas bawah, Rp50 per lembar atau
penny stock, kemungkinan besar tak jadi direalisasikan.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menyatakan, beberapa emiten yang sempat stagnan pada harga Rp50 per lembar kini sudah mulai menanjak naik. Sebut saja, PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS) yang sudah menjadi penghuni saham di harga Rp50 sejak 1 Oktober 2015.
Namun, saham Bumi Resources Mineral kembali bangkit pada 6 April 2016. Lalu pada perdagangan hari ini BRMS dibuka pada harga Rp77 per lembar. Selain itu, juga ada PT Darma Henwa Tbk (DEWA) yang sudah tidur sejak 31 Juli 2012 tersebut akhirnya bangun pada perdagangan Kamis (27/10) ke harga Rp52 per saham, sedangkan hari ini Darma Henwa dibuka pada harga Rp51 per lembar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang yang sahamnya Rp50 udah pada mulai naik tuh. Masa papan khusus hanya untuk beberapa saja," ungkap Tito, Kamis (3/11).
Kendati demikian, BEI tetap akan membuat aturan khusus untuk mengatur saham yang berada pada harga Rp50 per lembar. Aturan tersebut seperti fraksi dan
auto rejection yang baru, serta jumlah saham 1 lot nya akan diubah.
"Kan persoalannya kalau kami buka, ada
handycap, kalo 100 itu 1 lot, harga 10 perak, masa biaya Rp1.000 satu transaksi, kan jadi mahalan biaya transaksinya. Lalu kalau beda fraksinya 1 perak, udah 20 persen itu naik," terang Tito.
Namun, BEI belum berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait rencananya tersebut. BEI masih akan mengkaji apakah hal ini dibutuhkan dalam waktu dekat atau tidak.
Sebelumnya, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Anggota Bursa Hamdi Hassyarbaini menyatakan BEI berencana untuk membuat papan perdagangan baru khusus untuk saham yang harganya berada pada level terbawah, Rp50. Namun, Tito menyatakan papan khusus tersebut tak tepat untuk dibentuk.
"Kalau papan khusus tidak bisa, secara struktural tidak bisa," tegas Tito.