Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan operator pelabuhan pelat merah akan berebut dana di pasar saham pada tahun depan. Adalah PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I dan III yang sudah menyatakan niatnya untuk menawarkan sebagian saham perdana (Initial Public Offering/IPO) anak usaha demi mendanai berbagai proyeknya.
Direktur Utama Pelindo I, Bambang Eka Cahyana mengatakan, perusahaan tengah membutuhkan pendanaan sebesar Rp8 triliun hingga Rp11 triliun untuk menuntaskan proyek Pelabuhan Kuala Tanjung tahap II. Terkait proyek ini, perseroan akan membangun pelabuhan skala ultimate, dengan luasan lahan 1.400 hektar (ha) untuk bisa menampung kargo hingga 150 juta ton.
Untuk itu, Bambang mengatakan, Pelindo I berencana melego sebagian saham salah satu anak usahanya pada tahun depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena Kuala Tanjung tahap pertama akan selesai di kuartal II 2017, dan tahap dua ini kami sedang hitung. Pendanaannya sebagian dari ekuitas anak perusahaan dan profit anak usaha, dan kami juga akan cari investor lain. Satu saja dulu (yang dilakukan IPO), yang penting prospek," tutur Bambang, Kamis (3/11).
Kendati demikian, Bambang belum tahu target dana yang akan diambil perusahaan. Alasannya, anak usaha yang kepemilikannya akan dilepas ke publik masih dikaji oleh PT Danareksa (Persero) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Kalau misal value-nya US$500 juta dan misal saya jual 49 persen, bisa saja kan dananya sekitar US$250 jutaan. Tahun depan semester II kita targetkan sudah IPO. Sudah masuk list nih, Jumat ini akan kembali dibahas secara internal," tuturnya.
Sebagai informasi, Pelindo I memiliki anak usaha diantaranya PT Terminal Petikemas Indonesia (kepemilikan 70 persen), PT Prima Multi Terminal (kepemilikan 55 persen), PT Prima Indonesia Logistik (kepemilikan 99 persen) dan PT Prima Pengembangan Kawasan (kepemilikan 90 persen).
Sementara itu, PT Pelindo III (Persero) juga mempertimbangkan opsi IPO untuk anak usahanya, PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI).
Direktur Utama Pelindo III, Orias Petrus Moedak mengatakan, setidaknya dibutuhkan dana Rp2 triliun untuk mengembangkan anak usaha yang terletak di Surabaya, Jawa Timur tersebut.
Kendati demikian, IPO bukan opsi utama. Orias mengatakan, perusahaan juga tengah mempertimbangkan pembiayaan dengan skema penerbitan obligasi. Namun, jika skema IPO yang dipilih, kepemilikan perusahaan di BJTI minimal akan dilepas sebesar 20 hingga 30 persen.
"Ini akan kami laporkan dulu ke Kementerian BUMN hasil analisa kami yang sedang dilakukan oleh Danareksa. Dari situ ketahuan, apakah tahun depan kami bisa langsung IPO atau masuk ke obligasi," tandas Orias.
(ags/gen)