Jakarta, CNN Indonesia --
Bursa Efek Indonesia (BEI) mendorong 100 perusahaan dengan utang ke perbankan di atas Rp1 triliun untuk melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO).
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, manajemen BEI telah berdiskusi dengan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad dalam melaksanakan hal tersebut.
Hasilnya, OJK turut mendukung apa yang dilakukan BEI demi mendorong jumlah perusahaan publik di BEI. "Pak Muliaman sudah setuju. Nanti, ada imbauan dari OJK ke perbankan,” ujarnya, Kamis (3/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Tito, surat yang dikirim OJK ke perbankan berisi imbauan agar perbankan ikut menggiring perusahaan yang melakukan pinjaman di atas Rp1 triliun supaya mencari dana ekspansi dengan melakukan IPO.
Tito optimistis, jumlah perusahaan yang melakukan IPO di tahun ayam api bisa mencapai lebih dari 35 perusahaan. Ia berhitung potensi dana yang masuk ke Indonesia tahun depan dapat mencapai puluhan triliun rupiah yang berasal dari akumulasi premi asuransi, dana pensiun, dan repatriasi aset peserta amnesti pajak.
Misalnya saja, potensi dana dari dana pensiun (lembaga dana pensiun) sebesar Rp1.200 triliun, namun baru 13 persen atau Rp150 triliun yang diparkir di pasar modal.
Padahal, lembaga dana pensiun membutuhkan imbal hasil yang tinggi sebagai investasi jangka panjang. Ini berarti pasar modal bisa menjadi pilihan yang tepat.
Sementara, Tito melanjutkan, sekitar Rp640 triliun premi dari industri asuransi. Dari kumpulan dana tersebut, saat ini, baru sekitar Rp150 triliun yang diinvestasikan dalam bentuk saham dengan pertumbuhan tahunan sekitar 17-18 persen.
Selain dana pensiun dan asuransi, dana repatriasi juga membutuhkan instrumen investasi di pasar saham. Tito memprediksi, paling tidak 10 persen dari target dana repatriasi pemerintah yang mencapai Rp1.000 triliun berpotensi masuk ke bursa saham.
"Pertanyaan mendasar ya, apakah ada potensi demand untuk saham-saham itu. Ini yang pertanyaan dulu nih, karena bukan supply-nya tapi demand. Menariknya gini, ada amnesti pajak, lalu pertumbuhan dapen. Permintaan saham besar sekali karena bunga yang turun, sehingga dapen dan asuransi lari ke saham," pungkas Tito.
(bir)