Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak ditutup 1 persen lebih rendah pada perdagangan Kamis waktu Amerika Serikat (AS) setelah pasar mengalihkan fokus dari kemenangan Donald Trump di Pemilihan Presiden AS menuju kekhawatiran akan adanya kelebihan suplai.
Dikutip dari
Reuters, pasar modal sudah melewati masa pelemahan pasca Pilpres AS dan bangkit kembali pada hari Kamis. Namun, karena adanya kelebihan persediaan minyak, harga minyak mentah masih terbenam.
Menurut laporan Energy Information Administration (EIA) AS, persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu bertambah 2,4 juta barel menjadi 485 juta barel. Padahal sebelumnya, persediaan minyak di hub pengiriman minyak futures di Cushing, negara bagian Oklahoma turun 663,9 ribu barel selama antara 2 hingga 8 November 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, harga minyak Brent menurun 1,1 persen ke angka US$45,84 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediaries (WTI) ditutup melemah 1,4 persen ke angka US$44,66 per barel.
Selain sentimen Pilpres AS, kepastian organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dalam memangkas produksi juga ditunggu oleh pelaku pasar.
Pasalnya, International Energy Agency (EIA) meramal stok minyak akan selalu surplus hingga pertemuan OPEC. Organisasi kartel minyak itu dijadwalkan akan bertemu di Wina, Austria pada tanggal 30 November mendatang untuk membicarakan pemangkasan produksi.
Untuk itu, OPEC telah mencari kerja sama dengan non-anggota OPEC, termasuk Rusia. Tetapi, masih ada keraguan terkait komitmen tersebut.
(gir/gen)