Gapki Ramal La Nina Kerek Produksi Kelapa Sawit Tahun Depan

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Kamis, 24 Nov 2016 15:27 WIB
Gapki optimis pergeseran iklim La Nina akan memengaruhi permintaan dan pasokan produksi kelapa sawit, dan harganya.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) optimis produksi dan harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) di pasar dunia di tahun depan meningkat dibanding tahun ini seiring dengan perubahan iklim La Nina yang terjadi jelang akhir tahun ini. (Dok. Sampoerna Agro).
Bali, CNN Indonesia -- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) optimis produksi dan harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) di pasar dunia di tahun depan meningkat dibanding tahun ini seiring dengan perubahan iklim La Nina yang terjadi jelang akhir tahun ini.

"Faktor La Nina tahun ini akan membuat produksi naik. Mungkin, cukup besar nanti antara supply dan demand (permintaan dan pasokan). Intinya, kemungkinan bagus di tahun depan," terang Ketua Umum Gapki Joko Supriyono dalam perhelatan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2016 di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Kamis (24/11).

Namun demikian, Joko belum merinci peningkatan produksi dan harga CPO yang bakal terjadi. Ia meyakini, harga CPO akan terus merangkak naik, melanjutkan tren positif pasar perdagangan dunia yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gapki mencatat, sepanjang Januari-Oktober 2016, harga rata-rata CPO menyentuh US$660 per ton. Angka ini terkoreksi positif sekitar 4,76 persen dari harga rata-rata CPO dunia tahun lalu sebesar US$630 per ton.

Ia menjelaskan, harga CPO sepanjang tahun ini terkoreksi karena produksi sawit yang mengalami penurunan pasca didera perubahan iklim, dampak dari El Nino.

Sementara, untuk produksi kelapa sawit sepanjang tahun 2017 diproyeksi meningkat bila dibandingkan realisasi sepanjang tahun 2016 yang mencapai 30 juta sampai 31,9 juta ton.

"Tahun ini, untuk pertama kalinya, terjadi penurunan produksi kelapa sawit dalam 20 tahun terakhir, yaitu menurun sekitar 10 persen atau hanya mencapai 30 juta sampai 31,9 juta ton," imbuh Joko.

Joko berharap, pergeseran iklim dari El Nino pada awal tahun ini menjadi La Nina jelang akhir tahun akan merangsang produktivitas sektor kelapa sawit tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Peningkatan produksi sekaligus untuk menutup kebutuhan masyarakat akan CPO yang kian meningkat setiap tahunnya.

"Kebutuhan akan minyak sawit masih sangat tinggi. Kami perkirakan, peningkatan kebutuhan minyak nabati di dunia mencapai 50 juta ton pada tahun 2025," katanya.

Namun, mewakili para pelaku industri kelapa sawit, Joko melanjutkan, kalangan swasta tak bisa berjalan sendiri. Swasta juga membutuhkan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit.

"Karenanya, diharapkan pemerintah mengeluarkan kebijakan strategis demi meningkatkan produktivitas, daya saing, dan tantangan global secara sistematis," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Djalil menyebutkan, untuk mendorong peningkatan produksi dan menjaga stabilitas harga CPO, sembari kementeriannya berjanji mempercepat pengurusan sertifikat lahan.

Sebab, sertifikat lahan merupakan salah satu kunci agar petani kelapa sawit mampu melengkapi syarat untuk mendapatkan permodalan yang dibutuhkan untuk peningkatan produktivitas.

"Jangan khawatir, kami akan kelola (percepatan sertifikasi lahan)," pungkasnya. (bir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER