Saham di Asia Menguat Terkerek Kenaikan Wall Street

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 06 Des 2016 09:35 WIB
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,4 persen pada awal perdagangan. Sementara indeks saham Korea naik 1 persen pada pembukaan.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,4 persen pada awal perdagangan. Sementara indeks saham Korea naik 1 persen pada pembukaan. (REUTERS/Issei Kato)
Jakarta, CNN Indonesia -- Saham regional Asia dibuka menguat mengekor kenaikan Wall Street, karena pasar mendiskon dampak potensial dari referendum Italia. Sementara imbal hasil Treasury AS menguat karena data ekonomi yang kuat memberi sinyal kenaikan suku bunga acuan minggu depan.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,4 persen pada awal perdagangan. Indeks saham Korea naik 1 persen pada pembukaan perdagangan.

Wall Street naik pada perdagangan Senin (5/12), dengan indeks Dow Jones mencetak rekor tertinggi baru setelah data sektor jasa yang menunjukkan kekuatan lebih lanjut dalam ekonomi domestik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dilansir dari Reuters, aktivitas sektor jasa AS mencapai level tertinggi satu tahun di bulan November, dengan lonjakan produksi meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Hal itu terlihat dari laporan pada Jumat lalu yang menunjukkan penyerapan pekerjaan yang kuat di bulan kemarin.

Data mendorong imbal hasil Treasury AS naik lebih tinggi dengan imbal hasil dua tahun bergerak dekat level 1,13 persen, tidak jauh dari level tertinggi enam tahun sebesar 1,17 persen pada akhir November lalu. Hal itu karena pasar telah yakin probabilitas kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS (Federal Reserve) pada pekan depan.

Data FedWatch CME Group menunjukkan, suku bunga berjangka FFZ6 menyiratkan pedagang melihat kesempatan sebesar 93 persen bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin ke 0,50-0,75 persen minggu depan.

Harga minyak mentah jatuh lebih dari 1 persen pada US$51,26 per barel karena investor menilai penguatan hingga 16 persen sejak Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) berencana mengekang produksi pada Rabu lalu, telah semakin basi. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER