Investor Disarankan Susun Ulang Portofolio di Tahun Ayam Api

CNN Indonesia
Rabu, 07 Des 2016 16:01 WIB
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia menyarankan investor menyusun ulang portofolionya untuk disesuaikan dengan tujuan investasi dan profil risiko.
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia menyarankan investor menyusun ulang portofolionya untuk disesuaikan dengan tujuan investasi dan profil risiko. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai peluang investasi di Indonesia tetap menarik pada tahun depan, di tengah ketidakpastian situasi politik dan ekonomi global. Namun, investor disarankan untuk menyusun ulang portofolio agar sesuai kondisi.

Chief Economist and Investment Strategist MAMI Katarina Setiawan menjelaskan, kenaikan tingkat suku bunga Amerika Serikat (AS) oleh The Federal Reserve yang diprediksi dilakukan pada 15 Desember ini memang telah memicu penguatan mata uang dolar dan mendorong dana investor asing untuk keluar dari Indonesia.

Lebih lanjut Katarina menjelaskan, kondisi tersebut dikhawatirkan mengganggu stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, membaiknya defisit neraca berjalan yang disertai dengan kecukupan cadangan devisa di atas rata-rata delapan bulan impor, membuat Indonesia terlihat cukup kokoh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah volatilitas jangka pendek mereda. Asia terutama Indonesia akan tetap menjadi tujuan investasi global karena fundamental yang kuat dan potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Walau tidak kebal terhadap goncangan eksternal, tapi saat ini Indonesia berada dalam kondisi yang lebih siap dibandingkan saat tahun 2013 dan 2015 lalu. Cadangan devisa telah meningkat, sementara defisit transaksi berjalan telah jauh menurun," papar Katarina, Rabu (7/12).

Sepakat dengan Katarina, Direktur Investasi MAMI Alvin Pattisahusiwa menjelaskan, tahun 2017 diprediksi menjadi tahun pertumbuhan bagi Indonesia. Sehingga, ia menyarankan agar investor untuk berinvestasi pada tahun depan sesuai dengan tujuan resiko masing-masing investor. Hal ini juga sejalan dengan membaiknya kondisi pasar saham atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan surat utang (obligasi).

"Pemulihan pasar masih berlanjut seiring dengan estimasi pertumbuhan ekonomi yang berada di kisaran 5 persen-5,2 persen. Kondisi ini tidak lepas dari kebijakan pro pertumbuhan yang telah diterapkan, baik kebijakan fiskal melalui paket-paket kebijakan pembangunan yang telah diluncurkan oleh pemerintah maupun kebijakan moneter dari Bank Indonesia," terang Alvin.

Tak hanya itu, dana dari kebijakan amnesti pajak juga dapat menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi tahun depan. Melalui kebijakan tersebut, maka otomatis penerimaan pajak negara dan memperbesar basis data wajib pajak (WP).

"Perbaikan ekonomi yang didukung oleh kebijakan pro pertumbuhan dari pemerintah dan Bank Indonesia memberikan peluang bagi investasi di reksa dana saham dan pendapatan tetap. Kedua jenis reksa dana ini berpotensi memberikan imbal hasil yang atraktif," pungkas dia.

Dengan perbaikan ekonomi tersebut, Director of Business Development MAMI Putut Endro Andanawarih menyarankan agar investor menyusun ulang portofolionya untuk disesuaikan dengan tujuan investasi dan profil risiko.

"Bagi investor yang memiliki profil risiko agresif dapat menginvestasikan 50 persen-70 persen dana investasinya di reksa dana saham, 20 persen-30 persen di reksa dana pendapatan tetap, dan 10 persen-20 persen di reksa dana pasar uang," ungkap Putut.

Menurutnya, investor yang menginginkan investasi jangka panjang dan imbal hasil tinggi dapat berinvestasi dalam reksa dana saham, sedangkan bagi investor yang berniat investasi dalam jangka menengah sebaiknya berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap yang berbasis obligasi.

"Bagi investor yang menginginkan tingkat likuiditas yang tinggi tapi menginginkan hasil investasi di atas deposito, dapat memanfaatkan reksa dana pasar uang," tutup dia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER