Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memprediksi kerugian dari bencana gempa bumi di Aceh pada 5 Desember 2016 lalu mencapai Rp5,16 triliun. Angka itu berasal dari 1.324 obyek yang diasuransikan.
Berdasarkan data sementara dari PT Reasuransi Maipark, perusahaan reasuransi khusus risiko bencana alam (banjir dan gempa bumi), 56 persen dari total 1.324 obyek yang diasuransikan berupa bangunan. Sementara sisanya mesin-mesin (17 persen), stok (11 persen), serta lainnya (16 persen).
“Estimasi kerugian akibat kerusakan bangunan antara Rp100 miliar - Rp500 miliar. Kerugian terbesar terjadi di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya,” ujar Direktur Eksekutif AAUI Julian Noor, Senin (12/12) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Julian, hingga saat ini, AAUI belum mendapatkan laporan resmi dari masing-masing perusahaan asuransi anggotanya terkait klaim ata bencana gempa Aceh tersebut. Pengumpulan data masih dilakukan oleh Reasuransi Maipark.
Memang, sambungnya, jika dibandingkan dengan kerugian ekonomi, maka kerugian asuransinya masih sangat kecil. Ini artinya, mitigasi risiko melalui asuransi belum besar.
Oleh karenanya, hal itu bisa saja diwujudkan melalui skema asuransi bencana alam nasional. Sehingga, perlindungan kepada masyarakat menjadi lebih luas.
AAUI, lanjut Julian, menawarkan skema kemitraan antara pemerintah dengan swasta (Public Private Partnership). Adapun yang ditawarkan melalui kemitraan ini adalah kesiapan pendidikan dan pelatihan terkait bencana bagi masyarakat. Sehingga, mereka tahu apa yang dilakukan ketika bencana datang.
“Selain itu, mempertimbangkan peningkatan kualitas bangunan tahan gempat, khususnya bagi daerah rawan gempa bumi dengan tujuan untuk dapat meminimalkan jumlah kerugian yang dialami masyarakat,” pungkasnya.
(gir)