Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan investasi di industri garam mendukung target swasembada dan merupakan potensi besar bagi perekonomian di kawasan timur Indonesia, salah satunya Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kepala BKPM Thomas Lembong menyatakan telah mengunjungi sentra pegaraman PT Garam (Persero) di desa Bipolo, Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan luasan lahan 400 hektar dan rencana investasi Rp16,9 miliar dan telah terealisasi Rp3,8 miliar (22 persen).
Thomas juga melakukan pertemuan dengan PT Shang Che Garamindo yang bergerak di bidang industri kimia dasar anargonik khlor dan alkali dengan nilai rencana investasi US$6,01 juta. Ia menilai investasi itu dapat membantu pemerintah dalam mengurangi impor garam industri dan menciptakan swasembada garam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Industri garam di NTT harus berhasil, sehingga dapat mendukung target swasembada garam pemerintah,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (20/12).
Menurutnya, kapasitas produksi dari kedua perusahaan tersebut akan membantu menambah produksi garam nasional sebesar 240 ribu ton.
“Dari hasil diskusi dengan perusahaan-perusahaan garam tersebut, salah satu yang mereka harapkan dukungan dari pemerintah adalah terkait pembebasan bea masuk atas importase mesin, terutama yang belum bisa diproduksi dalam negeri serta alat-alat berat untuk memproses garam,” jelasnya.
Dirut PT Garam Achmad Budiono menyampaikan, potensi garam di NTT sangat besar. Ia merinci, dari wilayah pesisir pantai saja diperkirakan terdapat 8 ribu hektar yang bisa dijadikan sebagai lokasi pegaraman.
“PT Garam sendiri saat ini sedang menggarap 50 hektar dari rencana 400 hektar,” kata Achmad.
Ia menambahkan, hasil dari garam bila dibandingkan dengan padi jauh lebih besar. Untuk produksi garam 1 hektar akan menghasilkan 100 ton dan dengan harga Rp500 ribu per ton, maka petani garam diperkirakan mendapatkan Rp500 juta.
“Sementara apabila mereka menanam padi 1 hektar hanya akan memproduksi 1,5 ton dengan harga per tonnya Rp150 juta,” lanjutnya.
Potensi keuntungan di industri garam yang besar tersebut diharapkan dapat terus meningkatkan investasi di NTT. Berdasarkan data BKPM selama 2 tahun terakhir (2015-2016), dari target investasi nasional tahun 2015 sebesar Rp519,5 triliun telah tercapai realisasi investasi sebesar Rp545,4 triliun, yang terdiri dari realisasi PMA sebesar Rp365,9 triliun (17.738 proyek) dan realisasi PMDN sebesar Rp179,5 triliun (5.100 proyek).
Target investasi Provinsi NTT tahun 2015 adalah sebesar Rp1,8 triliun (0,3 persen dari porsi target investasi nasional yang sebesar Rp519,5 triliun), dan dari target tersebut di tahun 2015 telah tercapai realisasi sebesar Rp2,2 triliun, yang terdiri dari realisasi PMA sebesar Rp873,1 miliar (104 proyek) dan realisasi PMDN sebesar Rp1,3 triliun (9 proyek).
Realisasi tahun 2015 Provinsi NTT berdasarkan sektor dan jumlah proyek yang banyak diminati untuk PMA (5 besar) adalah hotel dan restoran; pertambangan; jasa lainnya; industri makanan; listrik, gas dan air; dan perikanan. Sedangkan untuk PMDN (5 besar) adalah listrik, gas dan air; tanaman pangan dan perkebunan; industri makanan; industri mineral non logam; serta konstruksi.