BI: Uang Beredar Natal dan Tahun Baru Rp630 Triliun

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Rabu, 21 Des 2016 18:05 WIB
Jumlah ini meningkat 6 persen-7,5 persen dibandingkan uang beredar tahun lalu yang mencapai Rp586,7 triliun.
Jumlah ini meningkat 6 persen-7,5 persen dibandingkan uang beredar tahun lalu yang mencapai Rp586,7 triliun. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memprediksi jumlah uang beredar atau Uang Yang Diedarkan (UYD) pada liburan perayaan Natal 2016 dan Tahun Baru 2017 sebesar Rp620 triliun hingga Rp630 triliun. Jumlah ini meningkat 6 persen-7,5 persen dibandingkan 2015 yang mencapai Rp586,7 triliun.

Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI Yudi Harymukti mengatakan, uang beredar di masyarakat pada pergantian tahun memang lebih rendah jika dibandingkan dengan perayaan Lebaran. Perkiraan BI uang beredar pada tahun baru lebih rendah 2-3 persen dibandingkan uang beredar Lebaran.

Saat Lebaran, Juli 2016 lalu, uang beredar sebanyak Rp642 triliun atau meningkat 6,4 persen dibandingkan uang beredar Lebaran 2015 sebsar Rp603,5 triliun. "Perkiraan naiknya kebutuhan uang tunai karena kita lihat kondisi ekonomi baik dan bertumbuh," ujarnya seperti dikutip ANTARA, Rabu (21/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, untuk mengantisipasi kekurangan uang tunai dan kebutuhan penarikan uang tunai masyarakat baik secara langsung maupun melalui perbankan, bank sentral menyiapkan pasokan uang tunai sekitar Rp88 triliun hingga Rp94 triliun.

Jumlah pasokan uang tunai itu meningkat 10 persen dibandingkan antisipasi pada 2015 yang sebesar Rp85,6 triliun meskipun transaksi non-tunai masyarakat mulai menggeliat tahun ini.

"Meski mulai banyak transaksi non-tunai, karena pemulihan kondisi ekonomi, kebutuhan penarikan uang tunai masyarakat juga masih banyak," kata Yudi.

Bank Sentral, lanjutnya, mengestimasi kebutuhan penarikan uang tunai meningkat 3-10 persen karena beberapa faktor, seperti lebih banyaknya hari libur pada Desember 2016 sebanyak sembilan hari, dibandingkan 2015 yang sebanyak tujuh hari.

Selain itu juga, sambung dia, karena gencarnya pencairan anggaran pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pihak swasta.

"Kebutuhan uang tunai juga meningkat karena mulai beredarnya 11 pecahan uang rupiah baru tahun emisi 2016, dan penambahan titik dan frekuensi penukaran baik dari BI maupun perbankan," pungkasnya. (bir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER