Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak menanjak melanjutkan penguatan jelang akhir tahun ini. Kenaikan ditopang oleh prediksi pemangkasan produksi minyak oleh negara-negara organisasi pengekspor minyak dunia (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan non-OPEC yang mulai berlaku 1 Januari 2017 nanti.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Amerika Serikat meningkat 25 persen sejak pertengahan November hingga perdagangan hari ini, Selasa (27/12), waktu setempat.
Peningkatan harga didukung oleh menguatnya perekonomian AS, serta pemangkasan produksi OPEC dan non-OPEC mendekati 1,8 juta barel per hari.
Tim pengawas pasar yang disusun OPEC dan non-OPEC direncanakan akan bertemu pada 13 Januari mendatang. Sejak pertemuan itu dirilis, harga minyak langsung melesat, yang mengindikasikan bahwa OPEC dan non-OPEC akan patuh dengan kesepakatan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, produsen minyak Rusia, yakni Gazprom Neft, justru mengumumkan akan meningkatkan produksinya sebesar 4,5 persen hingga 5 persen pada tahun depan.
Hasilnya, harga minyak WTI CLc1 meningkat US$0,88 per barel atawa 1,7 persen ke angka US$53,9 per barel. Sementara, harga Brent LCOc1 meningkat US$0,93 per barel atau 1,7 persen ke US$56,09 per barel.
Sementara itu, perdagangan terbilang sepi di hari Selasa lalu, di mana hanya 257 ribu kontrak berjangka dilaksanakan. Angka ini setengah lebih kecil dari volume perdagangan biasa minyak West Texas Intermediates (WTI).
Dengan angka mencapai US$54 per barel, harga minyak mentah AS tidak jauh berbeda dengan titik tertinggi US$54,51 per barel pada 12 Desember lalu.