Jakarta, CNN Indonesia -- Bayang-bayang ketersediaan lahan menciutkan nyali Perum Perumnas untuk membangun rumah dengan jumlah yang agresif. Lihat saja, alih-alih bertumbuh, pembangunan rumah tahun depan diproyeksi melorot dari target tahun ini.
Perum Perumnas membidik membangun cuma 30 ribu rumah di tahun depan. Jumlah ini terpaut dari target tahun ini yang sebesar 36 ribu rumah, meskipun realisasinya baru sekitar 16 ribu rumah hingga Agustus 2016.
"Perumnas itu ada masalah di lahan. Lahan harus kami bebaskan," ungkap Direktur Utama Perumnas Bambang Triwibowo di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rabu (29/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengatasi keterbatasan lahan tersebut, Perum Perumnas akan bersinergi dengan sesama perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar lahan-lahan yang dimiliki perusahaan BUMN bisa digunakan oleh Perumnas.
Beberapa di antaranya, Perum Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani), PT Kereta Api Indonesia (Persero), dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
"Kami kerja sama dengan BUMN yang punya lahan ideal. Saat ini, sudah jalan dengan Perhutani, KAI, dan Semen Indonesia. Lahannya nanti dari mereka," jelas Bambang.
Selain itu, perusahaan pelat merah tersebut juga memberi sinyal keterbatasan persediaan dana untuk merealisasikan target pembangunan rumah di tahun depan.
Untuk membangun 30 ribu unit rumah, Perumnas membutuhkan dana sekitar Rp1,2 triliun. Tahun lalu, perusahaan membutuhkan Rp2 triliun untuk membangun 36 ribu unit rumah.
Berdasarkan catatan Perumnas, porsi pendanaan di tahun lalu pun tak terpenuhi. Kementerian Keuangan hanya mengucurkan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada Perumnas sebesar Rp1 triliun atau separuh dari yang diajukan.
Sedangkan, perusahaan tak sanggup menutup kekurangan Rp1 triliun lantaran ketersediaan kas hanya sekitar Rp400 miliar. Oleh karena itu, perusahaan terpaksa mencari pendanaan dari pihak swasta.
Sebagai bentuk antisipasi yang lebih awal, Bambang menyebutkan, Perum Perumnas telah memetakan skema pendanaan yang berasal dari berbagai pihak, mulai kas perusahaan hingga perbankan.
"Ada dari bank, KPR internal, BPJS Ketenagakerjaan juga. Ini kan bisa buat menambah ketersediaan pendanaan," imbuh dia.
(bir)