Jakarta, CNN Indonesia -- Seluruh indeks sektoral sepanjang pekan terakhir di 2016 mampu berbalik arah setelah pekan sebelumnya seluruh indeks sektoral berakhir negatif.
Kali ini, sektor aneka industri menjadi sektor dengan kenaikan tertinggi diantara sembilan sektor lainnya. Tak tanggung-tanggung, kenaikannya bahkan hingga 11,15 persen menjadi 1.370,628 dari pekan lalu 1.233,120.
Sektor aneka industri juga sekaligus menjadi satu-satunya sektor yang mengalami kenaikan diatas 10 persen, sementara kenaikan indeks sektor lainnya hanya dibawah 10 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menjelaskan, kondisi ini terjadi disebabkan aksi
window dressing yang dilakukan oleh beberapa pihak yang berkepentingan untuk mempercantik portofolionya pada akhir tahun 2016.
Alfred melihat tidak ada sentimen positif yang menjadi alasan semua sektor ini menguat hingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu tercatat positif sepanjang pekan. Seperti diketahui, IHSG dan seluruh indeks sektoral bergerak negatif pada pekan sebelumnya.
“Sepertinya pihak yang berkepentingan atau misalnya manajer investasi telah melakukan aksi
window dressing pada seluruh sektor, mereka angkat pasar secara keseluruhan. Analisa ini terlihat karena tidak ada sentimen yang berarti, sama saja sentimennya seperti awal bulan Desember,” ungkap Alfred kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (31/12) lalu.
Window dressing merupakan strategi yang dilakukan oleh beberapa pihak untuk mempercantik portofolio atau performa keuangan sebelum ditampilkan kepada klien atau pemegang saham. Hal ini bisa dilakukan oleh perusahaan manajer investasi, perusahaan asuransi, emiten, dan dana pensiun (Dapen).
Menurut Alfred, kenaikan sektor aneka industri yang begitu signifikan tersebut menandakan mayoritas aksi
window dressing dilakukan pada saham emiten yang berada di sektor aneka industri khususnya PT Astra International Tbk (ASII).
Hal ini disebabkan saham Astra International merupakan emiten yang dominan di sektor tersebut, sehingga penurunan atau kenaikan harga sahamnya akan mempengaruhi pergerakan indeks sektor aneka industri.
Harga saham Astra International pada akhir pekan atau perdagangan terakhir di 2016 lalu ditutup di level Rp8.275 atau naik 150 poin (1,85 persen) setelah bergerak dalam rentang harga Rp8.050-Rp8.275. Artinya, sepanjang pekan kemarin saham Astra telah mengalami kenaikan hingga 8,52 persen.
“Astra International itu memang termasuk saham berkapitalisasi besar, itu yang saya rasa harga sahamnya di 2016 nggak cukup naik signifikan, mungkin itu jadi pertimbangan manajer investasi untuk mendorong saham aneka indsutri, khususnya Astra International,” terang Alfred.
Harga saham Astra International sudah satu bulan belakangan hanya berada di level Rp7 ribu. Pada 10 November, saham Astra International masih bertengger di level Rp8.300. Setelah itu, harga saham emiten otomotif tersebut tak pernah lagi tembus ke level Rp8 ribu hingga akhir perdagangan 2016 lalu.
Sementara, untuk sektor lainnya seperti agrikultur tumbuh 1,69 persen, pertambangan 3,38 persen, industri dasar 2,8 persen, barang dan konsumsi 5,08 persen, properti 5,59 persen, keuangan 5,62 persen, perdagangan 5,32 persen, dan manufaktur 5,73 persen.
Untuk pekan depan, Alfred tak menyarankan untuk melakukan short term trading karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diramalkan terkoreksi pasca mengalami penguatan pekan ini. Menurutnya, investor lebih baik melakukan aksi ambil untung (
profit taking) terlebih dahulu.
Namun, bagi investor yang ingin melakukan medium dan
long term trading disarankan untuk membeli saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), kemudian PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (ALII).
“Minggu depan bukan waktunya untuk
short term. Jadi untuk
long term dan
medium term trading itu bisa jadi pilihan portofolio bagi investor,” papar Alfred.
(gen)