Harga Batu Bara Acuan RI Anjlok 15 Persen di Awal Tahun

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 09 Jan 2017 12:32 WIB
Kenaikan produksi batu bara Cina dan penurunan pajak impor batu bara Australia membuat harga batu bara acuan melemah.
Kenaikan produksi batu bara China dan penurunan pajak impor batu bara Australia membuat harga batu bara acuan melemah. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat Harga Batu Bara Acuan (HBA) pada Januari 2017 dibanderol sebesar US$86,23 per metrik ton. Angka ini menyusut 15,20 persen jika dibandingkan dengan Desember 2016 sebesar US$101,69 per metrik ton.

Kendati harga batu bara anjlok di awal tahun, angka ini dinilai masih lebih baik ketimbang periode yang sama dalam tiga tahun terakhir. Pada Januari 2014, harga batu bara acuan tercatat US$81,9 per metrik ton. Angka ini kemudian menurun ke angka US$63,84 per metrik ton pada Januari 2015 dan melemah kembali ke angka US$53,25 per metrik ton pada Januari 2016.

Deputi Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, setidaknya ada dua sentimen yang mengakibatkan harga batu bara anjlok hingga dua digit dalam kurun satu bulan. Pertama, produsen batu bara di China mulai meningkatkan produksinya kembali. Kedua, lanjutnya, adalah kebijakan China untuk menurunkan pajak impor batu bara dari Australia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"China kini mengubah haluan untuk meningkatkan produksi lagi, sehingga harga tertekan. Faktor lain ada di Australia, di mana pajak impornya diturunkan sehingga ekspor Indonesia terhambat untuk masuk ke Cina," ujar Hendra kepada CNNIndonesia.com, Senin (8/12).

Lebih lanjut ia menuturkan, penurunan harga ini sebelumnya sudah diprediksi produsen batu bara. Untuk itu, ia yakin harga batu bara acuan akan kembali menurun pada Februari mendatang.

Kendati demikian, ia optimistis, harga batu bara tidak akan anjlok lagi ke kisaran US$50 hingga US$60 per metrik ton atau sama seperti tahun lalu. Ia yakin, harga masih tetap terkoreksi tipis dan kemudain stagnan di kisaran US$70 per metrik ton sepanjang tahun ini.

"Kemungkinan harga bisa saja turun, tapi tidak serendah rata-rata tahun lalu. Ini fluktuatif saja," imbuh Hendra.

Sepanjang tahun lalu, harga batu bara sempat mencapai titik terendah selama lima tahun, yakni US$50,92 per ton pada Februari. Namun, harga kembali melonjak 99,7 persen hanya dalam waktu sembilan bulan dan mencapai titik tertinggi selama empat tahun terakhir di angka US$101,69 per metrik ton pada Desember 2016 lalu. (bir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER