Trump Sukses Bikin Raksasa Otomotif Fobia Bangun Pabrik

CNN Indonesia
Rabu, 11 Jan 2017 13:50 WIB
Langkah Ford menghentikan pembangunan pabriknya di Meksiko diyakini bakal diikuti oleh langkah sejenis perusahaan otomotif AS lainnya.
Langkah Ford menghentikan pembangunan pabriknya di Meksiko diyakini bakal diikuti oleh langkah sejenis perusahaan otomotif AS lainnya. (REUTERS/Andrew Kelly)
Jakarta, CNN Indonesia -- Center for Strategic and International Studies (CSIS) menilai keputusan Ford membatalkan pembangunan pabrik di Meksiko untuk memproduksi mobil-mobil kecil berpotensi diikuti oleh perusahaan Amerika Serikat (AS) lainnya yang selama ini memiliki pabrik di luar negeri.

Hal itu merupakan dampak dari rencana kebijakan Presiden AS terpilih Donald J. Trump yang ingin menghentikan impor barang produksi perusahaan asal AS sendiri.

"Ford sudah menutup pabriknya di Meksiko dan tidak jadi ekspansi dan kemudian kembali ke AS. Kemungkinan hal itu akan diikuti oleh perusahaan AS lainnya yang di luar negeri," ujar Kepala Departemen Penelitian Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri dalam konferensi pers, Rabu (11/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengalihan investasi itu perlu diwaspadai oleh negara-negara khususnya negara berkembang yang selama ini menjadi tempat produksi perusahaan-perusahaan AS raksasa seperti Apple dan General Motors.

Yose mengatakan sejak Trump terpilih, kebijakan dagang yang dijalankan AS menjadi penuh ketidakpastian. Tindakan Trump yang cenderung protektif itu berpotensi mendongkrak biaya produksi yang berujung pada peningkatan harga barang dan jasa secara global. Kenaikan biaya produksi tersebut bisa memicu timbulnya permasalahan baru di perekonomian dunia.

Pada saat ini, ia mengatakan di tingkat dunia mulai ada tren kenaikan harga terutama yang disumbang oleh komoditas. Sebagai negara eksportir komoditas, Indonesia dinilai sedikit diuntungkan oleh tren tersebut. Namun di satu sisi, kebijakan proteksionisme itu justru berpotensi menggerus volume perdagangan antar negara.

"Kita sudah lihat selama ini sudah terjadi pelemahan permintaan, tapi kalau pelemahan itu dibarengi dengan kenaikan biaya produksi dalam ilmu ekonomi istilahnya 'stagflasi', stagnan namun terjadi inflasi dan ini yang merupakan kombinasi yang ujungnya adalah bencana," ujar Yose.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER