Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengaku tidak mempermasalahkan banyaknya pekerja asing yang digunakan investor pemilik pabrik pengolahan dan pemurnian mineral di Indonesia.
Menurut Airlangga, hal tersebut wajar mengingat teknologi yang dipakai di industri
smelter di bawa langsung oleh investor dari negara asalnya.
"Dengan adanya pembangunan industri
smelter ini, diharapkan terjadi proses transfer of knowledge melalui pelatihan dan pendampingan oleh tenaga kerja asing kepada tenaga kerja Indonesia. Misalnya, dalam rangka konstruksi, pemasangan mesin dan peralatan, serta proses produksi," kata Airlangga, dikutip dari laman Kementerian Perindustrian, Senin (16/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menegaskan, digunakannya pekerja asing tentu hanya bersifat sementara. Terutama saat proyek mulai dibangun sampai tahap pertama pengoperasian
smelter tersebut.
"Pada masa konstruksi, perbandingannya untuk pekerja Indonesia 60 persen dan pekerja asing 40 persen. Sedangkan, ketika masa produksi, pada tahun pertama untuk pekerja Indonesia 65 persen dan pekerja asing 35 persen," ungkapnya.
Setelah masa konstruksi selesai, Airlangga memastikan para pekerja asing tersebut akan pulang ke negaranya dan untuk pekerjaan tahap berikutnya diganti dengan pekerja Indonesia sesuai dengan skill proses pekerjaan selanjutnya.
"Jadi mereka tidak bekerja di Indonesia selamanya. Bahkan, pada tahun kelima perusahaan beroperasi, dipastikan porsi pekerja Indonesia menjadi 85 persen dan pekerja asing 15 persen," ujar politisi partai Golkar.
(gen)