Jakarta, CNN Indonesia -- Mandiri Sekuritas memprediksi belanja modal perusahaan yang melantai di bursa bakal naik hingga 43,9 persen pada tahun ini. Pasalnya, rilis kinerja investasi sepanjang 2016 yang positif dinilai bakal berlanjut tahun ini.
Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy mengatakan investasi pada 2017 akan melambung. Untuk nantinya, ia menilai investasi akan memimpin pertumbuhan ekonomi tahun ini naik hingga 5,1 persen. Hal itu memberikan pandangan atas stabilnya konsumsi rumah tangga dan kapasitas fiskal yang terbatas.
“Katalis yang termasuk adalah pemotongan suku bunga acuan dan paket kebijakan yang harus dilangsungkan pada 2017, berlanjutnya peningkatan FDI [investasi langsung asing] China, dan lebih tingginya belanja modal perusahaan domestik,” ujarnya dalam riset, Kamis (26/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pada akhirnya, tim kami mengestimasikan belanja modal naik 43,9 persen menjadi Rp96 triliun untuk perusahaan yang tergabung di Mandiri Sekuritas yang menunjukkan kurang lebih 65 persen dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).”
Di sisi lain, ia menilai risiko berasal dari kondisi politik saat ini, yang jika semakin berlanjut, maka akan berdampak terhadap sentimen investor. Protes yang dilakukan sebelumnya berakibat realisasi repatriasi yang mengecewakan pada akhir tahun lalu (79,6 persen dari komitmen Rp141 triliun).
“Risiko lainnya adalah larangan ekspor mineral yang mengakibatkan investasi smelter (pabrik pengolahan) menjadi lebih mudah,” jelasnya.
Sementara pada tahun lalu, perlambatan investasi yang kian berlanjut berdampak semakin turunnya pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2016. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi langsung tercatat senilai Rp159,4 triliun pada kuartal IV 2016.
“Pertumbuhan tersebut lebih lambat dengan 9,6 persen secara tahunan FDI dan DDI [investasi langsung domestik] menyimpang lebih jauh,” jelasnya.
China berinvestasi dan menjadi kontributor FDI terbesar kedua (14,3 persen) dalam periode setelah Singapura. Sementara untuk DDI, pertumbuhan yang baik menunjukkan efek deregulasi mulai bekerja.
Selain dari perlambatan secara keseluruhan, Indonesia telah meraih investasi sepanjang 2016 dengan nilai Rp612,8 triliun, naik 12,4 persen secara tahunan, melewati target sebanyak 3 persen. Namun lebih rendah dari tahun 2015 yang tumbuh 17,8 persen secara tahunan.
Sektor yang menerima investasi terbanyak, dalam proporsi adalah industri sebagai berikut: bahan kimia dasar dan farmasi (11,3 persen), bahan dasar metal dan elektronik (10,6 persen) dan industri makanan (10 persen).
Sementara, BKPM mewaspadai dampak situasi politik dalam dan luar negeri terhadap aliran investasi di tahun ini. Pasalnya, kestabilan politik dianggap poin utama bagi investor dalam melakukan atau melanjutkan investasi.
Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, sentimen politik ini pun secara tidak langsung akan sangat mempengaruhi target investasi. Apalagi, BKPM masih ingin menargetkan pertumbuhan investasi dua digit di tahun ini.
Pada tahun 2017, BKPM menargetkan realisasi investasi sebesar Rp678 triliun. Angka ini meningkat 10,64 persen dari realisasi tahun 2016 sebesar Rp612,8 triliun.
"Saya ingin blak-blakan, tahun 2017 memang ada tantangan politik baik utamanya dari dalam negeri. Jangan sampai hal-hal ini memberi sentimen yang tidak baik ke investor," ujar Thomas, Rabu (25/1).
(gir/gen)