Laba BRI Hanya Tumbuh 2 Persen Sepanjang Tahun Lalu

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Selasa, 31 Jan 2017 17:33 WIB
Pertumbuhan laba yang tipis itu disebabkan BRI harus menyisihkan pencadangan cukup besar untuk menekan angka kredit bermasalah.
Pertumbuhan laba yang tipis itu disebabkan BRI harus menyisihkan pencadangan cukup besar untuk menekan angka kredit bermasalah. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) atau BRI membukukan laba bersih Rp25,8 triliun pada tahun lalu. Perolehan ini naik tipis 2 persen dibanding dengan laba 2015 yang sebesar Rp25,2 triliun.

Lonjakan signifikan justru terjadi pada pertumbuhan aset perusahaan sebesar 14,3 persen menjadi Rp1.003,6 triliun dibandingkan periode yang sama pada 2015 sebesar Rp878,4 triliun.

"BRI konsisten tumbuh positif dan tidak pernah mengalami penurunan. Sehingga tiap tahun kita berhasil menjaga perolehan laba tetap di posisi positif," ujar Direktur Utama BRI Asmawi Syam dalam konferensi pers, Selasa (31/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendapatan laba tersebut didorong oleh penyaluran kredit yang dilakukan perseroan selama tahun lalu yakni sebesar Rp635,3 triliun meningkat 13,8 persen dibanding periode yang sama tahun 2015 yang mencapai Rp558,4 triliun.

Peningkatan kredit tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit industri per November 2016 sebesar 8,46 persen secara year on year (yoy).

Menurut Asmawi, pertumbuhan kredit di atas rata-rata industri ini ditopang oleh kredit mikro yang memiliki proporsi 33,3 persen dari total penyaluran kredit BRI. Kredit mikro tumbuh 18,2 persen yoy, dari Rp178,9 triliun 2015 menjadi Rp211,5 triliun di tahun 2016.

Sementara itu, dari segi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI berhasil tumbuh 12,6 persen dari Rp642,8 triliun menjadi Rp723,8 triliun secara yoy. Pertumbuhan ini didominasi oleh dana murah (CASA) sebesar 60,6 persen dari total DPK.

Cadangkan Dana

Pada kesempatan yang sama, Wakil Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pertumbuhan laba yang tipis itu disebabkan BRI harus menyisihkan pencadangan cukup besar untuk menekan angka kredit bermasalah.

BRI harus menaikan pencadangan hingga 170 persen coverage terhadap Non Performing Loan (NPL) tahun lalu yaitu sebesar Rp22,8 triliun, naik dari tahun 2015 yang sebesar Rp17,5 triliun.

Per akhir tahun lalu BRI mencatat, NPL secara gross berada di kisaran 2 persen dan nett sebesar 1 persen. Pencapaian NPL tersebut lebih kecil dibandingkan NPL industri, dimana NPL nett per November 2016 sebesar 1,3 persen dan NPL gross sebesar 3,1 persen.

"Laba kita Rp25,2 triliun, laba konsolidasi itu Rp26,6 triliun, pertumbuhannya kita buat positif. Kita tidak meleset, karena kalau dilihat labanya tumbuh secara positif tidak pernah negatif. Namun pencadangan kita naikan 170 persen coverage terhadap NPL, artinya bank ini kita kelola secara profitable tapi tetap prudent," ujar Sunarso.

Tahun ini Sunarso melihat, kondisi perekonomian domestik maupun global akan membaik dibandingkan dengan tahun lalu. Namun ia mengaku tidak imgin memasang target pertumbuhan muluk untuk tahun ini. Bank spesialis mikro itu pun menargetkan pertumbuhan kredit mencapai 12 hingga 14 persen dengan pertumbuhan laba 3 hingga 5 persen.

"Tantangannya saya kira kondisi global belum berubah, tapi kita bersyukur negara kita bisa menghadapi tantangan itu. Oleh karena itu angkanya tahun ini target kita bisa menumbuhkan 12-14 persen sesuai dengan arahan Presiden," jelasnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER