Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Utama Peruri Prasetio menandatangani
Shareholder Agreement (SHA) penambahan kepemilikan saham Peruri di perusahaan afiliasi PT Peruri Sicpa Securink (SPS) dari sebelumnya 20 persen menjadi 48 persen. SHA tersebut diteken Prasetio dengan Chief Executive Officer Sicpa, SA Philippe Amon di Swiss, Jumat (3/2) lalu.
Sicpa, SA adalah perusahaan multi nasional yang berkedudukan di Lausanne, Swiss yang memproduksi tinta sekuriti intaglio,
optical variable ink (OVI) dan
spark untuk pencetakan uang dan dokumen lain seperti paspor, pita cukai dan lainnya.
Khusus untuk SPS, tinta yang diproduksi sebagian besar adalah intaglio untuk memenuhi kebutuhan Peruri di dalam mencetak uang NKRI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peningkatan kepemilikan saham Peruri menjadi 48 persen merupakan langkah penting agar Peruri lebih berperan dalam menetapkan kebijakan di SPS dengan posisi sebagai
super majority,” kata Prasetio, dikutip Minggu (5/2).
Selain ingin memiliki suara lebih dalam setiap pengambilan keputusan bisnis SPS, Prasetio menyebut aksi menambah saham di perusahaan tersebut juga akan mendukung terjadinya alih ilmu ke perusahaan yang dipimpinnya.
"Kami ingin
tranfer know how dan
transfer knowledge teknologi tinta sekuriti dari Sicpa, SA ke Peruri berjalan dengan baik. Ke depan, kompetensi itu secara pasti harus dimiliki oleh kita sendiri”, jelas Prasetio.
Meski mengantongi tambahan saham yang signifikan, namun Prasetio menyebut Peruri tidak mengeluarkan uang tunai sepeser pun. Cara menambah saham, dilakukan Peruri melalui transaksi non-tunai, yaitu melalui kapitalisasi sewa lahan di Karawang, pengalihan mesin pengolah tinta dan tambahan
goodwill dari Sicpa, SA.
“Kami ingin kepemilikan Peruri terus naik. Semoga 5 tahun ke depan cita-cita menjadi pemegang saham mayoritas dapat direalisasikan,” kata Prasetio.
SPS didirikan pada 2002 sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan tinta sekuriti Peruri menjalankan penugasan sesuai dengan Peraturan Pemerintah untuk mencetak uang NKRI dan empat produk utama lainnya, yaitu pita cukai, paspor, meterai dan buku pertanahan. Sepanjang 2016, pendapatan SPS mencapai Rp477 miliar dengan laba bersih Rp9,2 miliar.
“Kami meminta manajemen SPS agar pada tahun-tahun yang akan datang dapat membuka pasar internasional sehingga membantu Peruri Go Global dan Digital. Jangan hanya memenuhi kebutuhan Peruri saja,” pungkasnya.
(gen)