Tak berbeda jauh dengan Reza, analis Trimegah Sekuritas Gina Novrina Nasution menilai, kenaikan indeks sektor industri disebabkan oleh pertukaran portofolio investasi yang dilakukan oleh investor. Menurutnya, belum ada informasi atau suatu pemberitaan aksi korporasi yang signifikan dari emiten yang berada di sektor tersebut, khususnya emiten semen.
"Rata-rata kan investor sudah punya saham di perbankan, konstruksi, dan properti. Nah sedangkan untuk tambang dan perkebunan kan sedang jatuh harganya jadi ganti portofolio saja. Belum ada data signifikan sebenarnya," ujar Gina.
Adapun, analis Danareksa Securities Lucky Bayu Purnomo memprediksi sektor industri dasar akan mengalami koreksi pada pekan ini karena pertumbuhan ekonomi tahun 2016 yang lebih rendah dari ekspektasi. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi secara akumulatif sebesar 5,02 persen, sedangkan pemerintah menargetkan 5,2 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan rendahnya pertumbuhan ekonomi, sambung Lucky, maka investor akan melihat apakah proyek infrastruktur di Indonesia masih akan berjalan lancar atau tidak. Hal ini disebabkan, saham emiten semen yang berada di bawah sektor industri dasar dan dinilai sebagai penggerak utama sektor tersebut sangat bergantung dari keberlangsungan proyek infrastruktur.
"Sektor ini kan lanjutan dari proyek properti, konstruksi. Kalau properti dan konstruksi menguat ya semen ikut menguat. Tapi rendahnya pertumbuhan ekonomi, orang melihat dulu apa PT Jasa Marga (Persero) Tbk atau PT Waskita Karya (Persero) Tbk masih agresif bangun jalan tol," jelas Lucky.
Untuk pekan ini, Lucky merekomendasikan saham emiten perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).