ANALISIS

Saham Big Cap, Tameng Investor Hadapi Ketidakpastian Pilkada

CNN Indonesia
Kamis, 16 Feb 2017 14:30 WIB
Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta yang diyakini berlangsung dua putaran dinilai menciptakan ketidakpastian. Saham kapitalisasi jumbo bisa jadi andalan.
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang memasuki putaran dinilai memberikan ketidakpastian. Saham kapitalisasi jumbo bisa jadi andalan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hasil awal Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ibukota yang menyebabkan pencoblosan putaran kedua dinilai memberikan ketidakpastian di lantai bursa. Saham-saham bernilai kapitalisasi besar diharapkan bisa jadi andalan karena lebih tahan goncangan.

Kepala Riset Bahana Securities Harry Su menjelaskan, pelaku pasar perlu mengantisipasi adanya putaran kedua Pilkada DKI Jakarta yang menyeret investor ke kondisi ketidakpastian.

Namun, ia menegaskan, selama Pilkada DKI Jakarta dapat berlangsung dengan aman dan damai, maka tidak akan terlalu mempengaruhi kondisi pasar. Arus dana asing yang keluar (capital outflow) juga diperkirakan tak keluar banyak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sepertinya tidak akan keluar banyak, karena yang penting aman," ucap Harry, Kamis (16/2).

Menurutnya, pasar menanti kebijakan terbaru dari pemimpin baru ibu kota. Jika yang terpilih masih pemimpin yang sama, maka tentu tak akan ada banyak perubahan. Namun, jika berbeda maka investor perlu menyesuaikan kembali dengan kebijakan-kebijakan yang baru.

Saham Big Cap, Tameng Ombang-ambing PilkadaIlustrasi transaksi saham. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)


Untuk menyiasati tetap aman berinvestasi di tengah kondisi ketidakpastian, Harry menilai saham dengan kapitalisasi jumbo atau big cap dapat menjadi andalan.

Ketiga saham tersebut yakni, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Menurutnya, ketiga saham ini terbilang defensif, sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap ketidakpastian pasar.

"Contoh, kalau lanjut ke putaran kedua kan otomatis kita semua butuh data lebih banyak untuk bertukar informasi kan? jadi saham big cap tetap dibutuhkan," tutur Harry.

Pilkada Aman, IHSG Hijau

Pilkada yang berjalan aman dan damai pada Rabu kemarin (15/2), khususnya di DKI Jakarta membuat investor kembali percaya diri untuk masuk ke pasar modal setelah melakukan aksi ambil untung (profit taking) pada Selasa (14/2).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil dibuka menguat meski tipis ke level 5.389 dari penutupan sebelumnya 5.380 atau tercatat menguat 0,16 persen.

Beberapa saham yang berhasil menguat sejak dibuka tadi pagi, terutama terjadi pada beberapa saham tambang batu bara misalnya PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Bukit Asam dibuka menguat tipis saat dibuka tadi pagi ke level Rp11 ribu per saham atau menguat sebesar 0,68 persen dari posisi penutupan Selasa lalu Rp10.925 per saham. Sayangnya, harga sahamnya pada penutupan sesi pertama mengalami koreksi 0,92 persen ke level Rp10.825 per saham

Sementara, saham Adaro Energy naik sebesar 0,91 persen ke level Rp1.645 per saham dari penutupan sebelumnya Rp1.660. Bahkan, hingga penutupan perdagangan sesi pertama, harga sahamnya masih berada di teritori positif di level Rp1.690 per saham atau menguat 2,74 persen.

Selain itu, juga ada saham PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) yang dibuka menguat 1,76 persen ke level Rp575 per saham dari sebelumnya Rp565 per saham. Harga sahamnya terus bertahan di posisi positif hingga penutupan perdagangan sesi pertama, di mana Waskita Beton Precast dtutup pada level Rp580 per saham atau naik 2,65 persen.

Saham Big Cap, Tameng Ombang-ambing PilkadaPekerja sedang menyelesaikan pembuatan beton di PT Waskita Beton Precast, Karawang, Rabu, 3 Agustus 2016. (CNN Indonesia/Djonet Sugiarto)

Sayangnya, hal itu tak terjadi pada harga saham induk usahanya yakni, PT Waskita Karya (WSKT). Harga saham Waskita Karya memang menguat pada pembukaan pagi tadi ke level Rp2.630 per saham atau naik 1,93 persen dari sebelumnya Rp2.580 per saham. Namun, harga sahamnya turun tipis pada penutupan sesi pertama ke level Rp2.560 per saham atau terkoreksi sebesar 0,78 persen.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menjelaskan, naiknya harga saham-saham tersebut memang tak terlepas dari amannya kondisi politik dalam negeri setelah Pilkada DKI Jakarta berlangsung. Namun, hal tersebut terbilang bukan menjadi sentimen utama atau katalis utama.

Untuk emiten tambang batu bara, kenaikan yang dialami untuk beberapa emitennya juga didorong oleh harga komoditas batu bara yang masih dalam posisi cukup baik atau diatas US$60 per metrik ton. Sehingga, hal ini akan berdampak pada harga jual batu bara tersebut terhadap kondisi keuangan emitennya.

Sementara, untuk harga saham Waskita Beton Precast yang mampu bertahan di teritori positif hingga penutupan sesi pertama disebabkan oleh laporan keuangan tahunannya yang tercatat positif.

Pendapatan Waskita Beton Precast tercatat naik hingga 78 persen menjadi Rp4,72 triliun. Tak hanya itu, laba bersih perusahaan tersebut juga naik hingga 90 persen menjadi Rp634,8 miliar.

"Sehingga, kondisi ini juga mengerek induknya Waskita Karya yang harga sahamnya ikut menguat. Untuk Waskita Karya juga kan dia agresif sekali pada pembangunan jalan tolnya sepanjang 2016 lalu," kata Alfred kepada CNNIndonesia.com.

Saham Kandidat Pilkada

Untuk diketahui, pada Pilkada DKI Jakarta ini diputuskan berlangsung dalam dua putaran, di mana pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat serta pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno masuk dalam putaran tersebut.

Hal ini sedikit berdampak positif pada harga saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), di mana Sandiaga Uno memiliki investasi di perusahaan tersebut sebesar 29,25 persen, atau terbesar ketiga setelah PT Unitras Pertama dan Edwin Soeryadjaya per September 2016 lalu.

Saham Big Cap, Tameng Ombang-ambing PilkadaCalon Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Harga saham Saratoga Investama naik tipis 0,29 persen ke level Rp3.450 per saham dari sebelumnya Rp3.440. Kondisi ini terjadi disebabkan tingkat likuiditas emiten tersebut dinilai tidak cukup baik.

"Artinya, animo masyarakat untuk investasi di saham ini nggak begitu besar. Tapi sebenarnya kalau dari sisi fundamental bagus dan valuasinya juga masih murah. Animo masyarakat lebih kepada batu bara dan infrastruktur," jelas Alfred.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER