Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) meramal defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) tahun ini bakal melebar dibandingkan tahun lalu menjadi di kisaran 2,11 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
"Untuk tahun 2017, CAD 2017 mungkin akan di kisaran sedikit di atas US$20 miliar," tutur Gubernur BI Agus DW Martowardojo saat ditemui di Kompleks BI, Jumat (17/1).
Sebelumnya, defisit transaksi berjalan tahun 2016 turun dari US$17,5 miliar (2,0 persen dari PDB) pada 2015 menjadi US$16,3 miliar (1,8 persen dari PDB). Hal itu didukung perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan jasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dampaknya, secara akumulatif, kinerja neraca pembayaran 2016 meningkat yang ditopang oleh penurunan defisit transaksi berjalan dan kenaikan surplus transaksi modal dan finansial. Neraca pembayaran 2016 mencatat surplus sebesar US$12,1 miliar setelah tahun sebelumnya mengalami defisit US$1,1 miliar.
Agus mengungkapkan, tadinya BI memperkirakan defisit transaksi berjalan 2017 akan ada di kisaran 2,4 dari PDB. Namun proyeksi itu kembali direvisi.
Menurut Agus, pelebaran defisit transaksi berjalan tahun ini disebabkan oleh perbaikan ekonomi global dan domestik. Hal itu juga didukung oleh perbaikan harga komoditas dan minyak dunia.
"Kita tahu ekonomi di tingkat global itu terus menunjukkan kondisi yang lebih baik. Istilah kami pertumbuhan ekonomi 2017 itu bisa tumbuh 3,4 persen dan di tahun 2018 itu bisa 3,6 persen," ujarnya.
Di Indonesia, perbaikan neraca perdagangan juga telah terjadi tahun lalu. Efeknya, neraca pembayaran membaik dari defisit US$1,1 miliar pada tahun 2105 menjadi surplus US$12 miliar pada tahun lalu.
Lebih lanjut, meskipun melebar Agus meyakini defisit transaksi berjalan tahun 2017 masih dalam kondisi aman. Selain itu, level defisit transaksi berjalan tersebut juga mampu menopang pertumbuhan ekonomi dengan baik.