Jakarta, CNN Indonesia -- PT Semen Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan kenaikan kewajiban yang cukup signifikan, hingga 27,45 persen sepanjang tahun lalu. Kenaikan utang untuk pendanaan proyek pabrik semen di Indarung dan Rembang menjadi salah satu penyebabnya.
Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Agung Wiharto menjelaskan penyebab kenaikan tersebut dalam rangka memenuhi kewajiban penyampaian informasi sesuai dengan peraturan dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam aturan tersebut, apabila terdapat perubahan lebih dari 20 persen pada pos total aktiva atau total kewajiban pada laporan keuangan interim atau tahunan, maka perusahaan tercatat wajib memberikan penjelasan tertulis kepada bursa, penyebab perubahan berikut pendapat manajemen tentang dampaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Posisi total liabilitas per 31 Desember 2016 mengalami kenaikan sebesar Rp2,94 triliun atau 27,45 persen dibanding tahun 2015,” ujar Agung dalam keterbukaan informasi kepada BEI, dikutip Selasa (21/2).
Dalam penjelasannya, dirinci bahwa kenaikan kewajiban tersebut terutama dipengaruhi oleh, pertama, konsolidasi dengan entitas anak baru, yaitu PT Varia Usaha dan PT Varia Usaha Beton melalui PT Semen Indonesia Beton yang menyumbang kewajiban hingga Rp1,10 triliun.
Kedua, kenaikan utang bank jangka panjang (bersih) terutama dalam rangka pendanaan proyek Indarung VI dan Proyek Rembang yang menambah kewajiban sebesar Rp898,85 miliar.
Penyebab ketiga adalah kenaikan utang Kredit Modal Kerja (bersih) dalam rangka memperkuat pendanaan operasional sebesar Rp466,07 miliar. Yang keempat, kenaikan kewajiban berasal dari tambahan sewa pembiayaan kapal senilai Rp346,08 miliar.
Terakhir, liabilitas imbalan kerja sebagai dampak dari penurunan discount rate menyumbang tambahan kewajiban hingga Rp123,53 miliar.
Kendati kewajiban perusahaan melonjak, Semen Indonesia yakin hal itu akan berimbas positif terhadap kinerja perseroan ke depan.
“Manajemen berkeyakinan bahwa perubahan tersebut akan memperkuat dan meningkatkan kinerja perusahaan di masa yang akan datang,” ujar Agung.
Sementara dari sisi kinerja keuangan, sepanjang tahun lalu kinerja Semen Indonesia tercatat stagnan. Hal itu terlihat dari laba bersih perseroan sebesar Rp4,52 triliun pada tahun lalu, tidak banyak berubah dari tahun sebelumnya.
Di sisi lain, pendapatan Semen Indonesia sepanjang 2016 malah turun menjadi Rp26,13 triliun, dari Rp26,94 triliun pada tahun 2015.
Lebih lanjut, kendati kewajiban perusahaan melonjak, nilai aset Semen Indonesia juga ikut menanjak. Per 31 Desember 2016, aset perseroan mencapai Rp44,22 triliun, naik 15 persen dari Rp38,15 triliun di periode yang sama 2015.
Kisruh RembangSebelumnya, kisruh izin pembangunan pabrik di Rembang, Jawa Tengah membuat perseroan mengkaji ulang kontrak sekitar enam ribu karyawannya. Hal itu dilakukan usai Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mencabut izin lingkungan untuk pabrik mereka yang berada di Kendeng, Rembang.
Agung Wiharto menuturkan, kebijakan itu diambil karena aktivitas pabrik berhenti. Ia menjelaskan, dari enam ribu pekerja itu, 1500 orang di antaranya merupakan warga Kendeng.
"Karena izin sudah dicabut, kami hentikan semua aktivitas pembangunan. Pekerja proyek ada enam ribu orang, yang mau tidak mau harus kami berhentikan," ujarnya melalui sambungan telepon, Rabu (18/1).
(gir/gen)