Multifinance Sibuk Rebutan Likuiditas Lewat Obligasi

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Rabu, 08 Mar 2017 20:44 WIB
Di Januari 2017, jumlah obligasi yang diterbitkan perusahaan pembiayaan mencapai Rp69,89 triliun, naik 15 persen jika dibandingkan dengan Januari tahun 2016.
Foto: REUTERS/Garry Lotulung
Jakarta, CNN Indonesia -- Likuiditas dalam negeri di awal tahun ini ramai diperebutkan oleh perusahaan-perusahaan pembiayaan (multifinance) yang ingin mendapatkan dana segar dari pasar modal.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada bulan pertama 2017, jumlah obligasi yang diterbitkan perusahaan pembiayaan mencapai Rp69,89 triliun, naik 15 persen jika dibandingkan dengan Januari tahun 2016 lalu yang sebesar Rp60,72 triliun.

Aksi tersebut masih berlanjut hingga bulan berikutnya, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) tercatat ada beberapa perusahaan pembiayaan yang sejak Januari hingga Maret ini mulai menawarkan obligasi dan sukuk guna membiayai target penyaluran pembiayaan tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa perusahaan tersebut antara lain PT Toyota Astra Financial Services yang pada Januari lalu mulai menawarkan obligasi senilai Rp1,5 triliun dengan tenor hingga 60 bulan.

Selanjutnya pada bulan Februari, PT Astra Sedaya Finance Tbk juga menawarkan obligasi tiga seri senilai Rp2,5 triliun dengan tenor hingga 60 bulan.

Selain itu PT BFI Finance Tbk yang telah melakukan PUB tahap II dengan nilai Rp1 triliun. Obligasi tersebut ditawarkan dua seri dengan masing-masing tenor mencapai 370 hari dan 3 tahun.

Sementara pada akhir kuartal I, PT Indomobil Finance Indonesia juga tercatat menawarkan tiga seri obligasi senilai Rp410 miliar dengan tenor mencapai 370 hari dan 60 bulan. Kemudian disusul oleh PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk, yang menawarkan obligasi konvensional senilai Rp2,01 triliun dan sukuk senilai Rp386 miliar.

Menurut Direktur Keuangan Adira Finance I Made Dewa Susila, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan perseroan lebih memilih menerbitkan obligasi pada awal tahun.

Pertama, strategi perusahaan yang ingin mendapatkan pendanaan lebih awal untuk memenuhi target pembiayaan yang lebih besar dibanding tahun lalu.

"Kalau dari sudut korporasi kita tawarkan awal tahun mungkin isunya adalah karena banyaknya permintaan obligasi. Awal tahun biasanya banyak investor yang mencari yield (imbal hasil) lebih bagus," ujar Made kepada CNNIndonesia.com, Rabu (8/3).

Made menampik isu kenaikan suku bunga The Fed menjadi pemicu penerbitan obligasi korporasi lebih dini. Menurutnya, sentimen kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) lebih banyak berdampak pada obligasi pemerintah (SUN dan SBN), sementara obligasi korporasi dianggap tetap menarik.

"Kalau investor asing di obligasi korporasi tidak terlalu besar, jadi The Fed tidak akan terlalu berpengaruh terhadap permintaan obligasi korporasi," jelasnya.

Sementara itu Direktur Keuangan Astra Sedaya Finance Samuel Manasse mengatakan, pertimbangan lain perusahaan pembiayaan menerbitkan obligasi awal tahun adalah sebagai strategi untuk merestrukturisasi obligasi perusahaan yang jatuh tempo tahun ini.

"Biasanya match dengan kebutuhan. Penerbitan obligasi itu digunakan untuk refinancing hutang yang jatuh tempo dan modal usaha," jelas Samuel. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER