Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berminat menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk sektor penanaman kembali (replanting) kelapa sawit. Selain karena potensinya yang besar, upaya ini akan mendukung strategi perseroan mencapai target porsi sektor industri, pertanian, dan perikanan terhadap penyaluran KUR pemerintah.
Saat ini, Bank Mandiri tercatat menggelontorkan KUR ke sektor industri, pertanian, dan perikanan kurang dari 20 persen. Bank pelat merah ini menargetkan penyaluran KUR ke sektor tersebut di atas menjadi sebesar 40 persen.
Produksi kelapa sawit Indonesia kembali bergairah setelah harga minyak kelapa sawit (crude palm oil) tumbuh 14 persen sepanjang tahun lalu. Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, tren penyaluran kreditnya di sektor perkebunan kelapa sawit pun cukup menggembirakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan, angka penyaluran kredit di sektor kelapa sawit tercatat Rp48,97 triliun, atau 8,54 persen dari portofolio kredit perseroan per Februari 2017. Selain itu, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) di sektor ini tercatat sebesar 0,07 persen, atau lebih rendah dari rata-rata NPL tahun lalu yang sebesar 4 persen.
"Sektor ini unggulan sekali karena stabil, permintaannya luar biasa. Pertumbuhannya juga terasa. Kualitas kreditnya pun cukup baik," ujar pria yang akrab disapa Tiko ini, Kamis (9/3).
Namun, karena KUR replanting kelapa sawit ini masih sebatas rencana, maka diperlukan mekanisme pembiayaan yang berbeda dibanding sektor lainnya. Untuk itu, Bank Mandiri merencanakan skema penyaluran KUR dengan masa tenggang pengembalian kredit (grace period) selama lima tahun.
Ia melanjutkan, skema ini digunakan karena pengembalian kredit di sektor kelapa sawit tidak bisa dilakukan secepat mungkin. Pasalnya, pelaku usaha masih belum mendapat penerimaan ketika pohon kelapa sawit sedang tumbuh.
Sehingga, pengembalian kredit bisa dilakukan jika kelapa sawit sudah berbuah dan menghasilkan penerimaan yang rata-rata memiliki jangka waktu lima tahun.
KUR replanting kelapa sawit ini tidak hanya digunakan untuk pembiayaan kegiatan perkebunan. Tetapi juga, terdapat biaya hidup (living cost) petani selama belum mendapatkan penerimaan dari kegiatan replanting.
"Investasi untuk replanting bisa di-cover dengan kredit, tetapi kelapa sawit kan tidak langsung berbuah. Kami harap, di sini ada grace period yang juga meliputi living cost para petani," jelas Tiko.
Adapun, sambung dia, KUR akan dikonversi menjadi kredit komersial setelah kelapa sawit berbuah. Menurutnya, hal ini tidak akan memberatkan pelaku usaha, mengingat dana yang dibutuhkan pasca panen lebih sedikit dari investasi replanting itu sendiri.
Jika KUR ini sudah resmi dijalankan, ia berharap, ada tambahan penyaluran KUR sebesar Rp1 triliun dari kegiatan replanting saja. "Ini untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian dan perikanan terhadap penyaluran KUR," jelasnya.
Sebagai informasi, pemerintah menargetkan penyaluran KUR sebesar Rp110 triliun pada 2017 ini atau meningkat 16,52 persen dari realisasi KUR hingga 31 Desember 2016 sebesar Rp94,4 triliun.
Jumlah KUR yang disalurkan Bank Mandiri tahun lalu tercatat Rp13,3 triliun atau 14,08 persen dari realisasi penyaluran KUR nasional. Pencapaian itu membuat Bank Mandiri menjadi bank penyalur KUR kedua terbesar di Indonesia. Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tercatat sebagai penyalur KUR terbesar dengan angka Rp69,4 triliun.
(bir/gen)