Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah pada akhir pekan ini, Jumat (10/3). Di mana, sentimen negatif banyak berasal dari eksternal.
Analis senior Reza Priyambada menjelaskan, rencana kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan terjadi setelah rapat pekan depan menjadi hal utama yang dikhawatirkan pelaku pasar.
Tak hanya itu, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan data ekonomi China juga menjadi sentimen negatif bagi laju IHSG.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Data PPI China yang mengalami kenaikan direspons negatif sehingga menekan laju indeks Asia," terang Reza dalam risetnya, dikutip Jumat (10/3).
Sementara, IHSG pada perdagangan kemarin berhasil menguat tipis 8,62 poin (0,16 persen) ke level 5.402 setelah bergerak di antara 5.386-5.405.
Kemudian, nilai tukar rupiah bergerak melemah setelah dua hari berturut-turut bergerak stagnan. Nilai tukar rupiah ditutup turun 40 poin atau 0,3 persen ke Rp13.390 per dolar AS.
Dengan demikian, IHSG diperkirakan kembali berada di teritori negatif pada akhir pekan ini dalam rentang
support 5.391-5.379 dan resisten 5.409-5.416.
"Global masih memberikan sentimen negatif bagi IHSG dan nilai tukar rupiah, maka IHSG bakal bergerak terbatas," jelas dia.
Sementara itu, Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang menilai, IHSG akan bergerak stagnan sepanjang hari ini. IHSG diprediksi terkena dampak negatif dari penurunan harga minyak mentah dunia tadi malam.
"Saham berbasis minyak berpotensi turun menyusul harga minyak WTI sudah berada di level US$49 per barel. Ini terendah sejak 30 November 2016," papar Edwin dalam risetnya.
Menurutnya, IHSG akan bergerak dalam rentang
support 5.360 dan resisten 5.446. Kemudian, nilai tukar rupiah diprediksi bergerak dalam rentang Rp13.300-Rp13.485.
Adapun, mayoritas bursa saham Wall Street tadi malam berhasil menguat tipis. Terpantau, Dow Jones naik 0,01 persen, S&P500 menguat 0,08 persen, dan Nasdaq naik 0,02 persen.
(gen)