Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menetapkan hasil penjualan Sukuk Negara Ritel (Sukri) Seri SR-009 senilai Rp14,04 triliun ke 29.838 investor. Artinya, penjulan SR-009 meleset dari target yang dipatok sebesar Rp20 triliun.
Angka tersebut juga kurang dari separuh penjualan seri Sukri sebelumnya SR-008, yang mampu menyerap Rp31,5 triliun dari 48.444 investor.
Dikutip dari situs resmi DJPPR, Senin (20/3), SR-009 dilelang dengan imbal hasil 6,9 persen pertahun (
fixed rate), lebih rendah dari tingkat imbalan seri seberlumnya 8,3 persen. Pembayaran imbalan dilakukan setiap tanggal 10 setiap bulan, mulai 10 April 2017 hingga tanggal jatuh tempo 10 Maret 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sukri SR-009 bisa diperdagangkan di pasar sekunder mulai 10 April 2017. Adapun akad yang digunakan adalah Ijarah
asset to be leased dengan aset penjaminan (
underlying asset) berupa proyek atau kegiatan APBN 2017 dan Barang Milik Negara (BMN).
Jika dirinci berdasarkan profil investor, jumlah investor terbesar berada pada kisaran pembelian Rp5 juta – Rp100 juta (42,40 persen), dan pada kisaran pembelian Rp100 juta – Rp500 juta (36,96 persen).
Berdasarkan wilayah, jumlah investor terbesar berasal dari Indonesia Bagian Barat kecuali DKI Jakarta mencapai 58,03 persen. Sedangkan wilayah DKI Jakarta mencapai 34,12 persen, wilayah Indonesia Bagian Tengah 7,21 persen, dan di wilayah Indonesia Bagian Timur 0,64 persen.
Selanjutnya, berdasarkan kelompok profesi, jumlah investor terbesar adalah profesional, Pegawai Swasta, dan BUMN/Lembaga dengan persentase sebesar 41,36 persen.
Sementara dari kelompok umur, jumlah investor terbesar berada pada kelompok umur di atas 55 tahun, yaitu mencapai 39,56 persen.
Setelmen Sukuk Negara Ritel seri SR-009 akan dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2017 dan dicatatkan di PT Bursa Efek Indonesia pada 23 Maret 2017.
Namun karena pada Sukuk Negara Ritel seri SR-009 ini ditetapkan minimum holding period sampai dengan satu periode imbalan, maka perdagangan di pasar sekunder baru dapat dilakukan mulai tanggal 10 April 2017.
Sepi PeminatEkonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengungkapkan, sepinya minat investor untuk membeli Sukri SR-009 disebabkan oleh tiga faktor.
Pertama, ekspektasi tren peningkatan suku bunga seiring rencana kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat membuat tingkat imbalan Sukri tak menarik bagi investor.
"Tingkat imbal hasil adalah satu faktor yang paling dilihat oleh investor apalagi ke depan ada kemungkinan suku bunga naik. Jadi mereka [investor] melihat Sukri SR-009 ini bukan yang paling menarik," jelasnya kepada CNNIndonesia.com.
Kemudian, menurunnya minat investor terhadap Sukri SR-009 juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah terhadap penjatahan Obligasi Ritel (ORI) 013 tahun lalu, dimana pemerintah hanya mengambil penjualan sebesar Rp19,69 triliun dari penawaran Rp19,85 triliun.
"Waktu ORI kemarin [ORI013] banyak yang berminat beli tetapi yang diambil cuma sedikit. Itu membuat menurunnya minat untuk mengambil Sukri," jelasnya.
Terakhir, faktor musiman yang membuat masyarakat menahan investasi untuk persiapan kebutuhan jangka pendek yaitu memasuki Ramadan, Lebaran, dan tahun ajaran baru pada kuartal II tahun ini.