Jakarta, CNN Indonesia -- PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) menargetkan pabrik rembang dapat beroperasi mulai semester I tahun ini. Hingga saat ini, proses pembangunan pabrik tersebut telah mencapai 99 persen.
Direktur Utama Semen Indonesia Rizkan Chandra menjelaskan, seluruh perizinan untuk operasional pabrik telah diperoleh oleh perusahaan. Sehingga, pihaknya optimis pabrik dapat segera beroperasi secara komersial.
"Seluruh izin sudah diperoleh, izin usaha pertambangan dan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) misalnya," kata Rizkan, Jumat (31/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski sudah mendapatkan izin tersebut, perusahaan masih belum melakukan kegiatan penambangan di sana. Kini, perseroan masih menunggu hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).
Terkait kajian KLHS tersebut, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar baru saja melaporkan hasil KLHS Pegunungan Kendeng ke Presiden Joko Widodo. Rizkan menegaskan, perseroan belum memperhitungkan adanya potensi kerugian atas pembangunan pabrik Rembang yang masih menuai pro dan kontra hingga saat ini karena manajemen masih optimis dengan pengoperasian pabrik tersebut.
Asal tahu saja, perusahaan telah menggelontorkan dana sekitar Rp4 triliun dalam membangun pabrik itu. Jika sudah mencapai 100 persen, perusahaan memprediksi total biaya mencapai Rp4,98 triliun.
Nantinya, pabrik di Rembang akan memiliki kapasitas sebesar 3 juta ton per tahun. Sementara, total keseluruhan kapasitas Semen Indonesia saat ini sebesar 30 juta ton per tahun.
Selain pabrik di Rembang, perusahaan juga tengah menyelesaikan proyek pabrik semen Indarung VI dengan jumlah kapasitas tiga juta ton. Namun, untuk penyelesaian pabrik tersebut, dana yang diestimasikan perseroan lebih sedikit dibandingkan dengan Pabrik Rembang yakni, Rp4,2 triliun.