Yogyakarta, CNN Indonesia -- PT Digital Alpha Indonesia melalui layanan keuangan pinjam meminjam berbasis daring (fintech) mikro UangTeman.com berharap bisa mengendalikan rasio pembiayaan bermasalah (nonperforming finance/NPF) di bawah lima persen hingga akhir tahun nanti.
Angka itu bisa dijaga dengan memilih nasabah yang benar-benar memenuhi kualifikasi untuk mendapatkan pinjaman.
Chief Technology and Product Officer UangTeman Darmawan Zaini mengatakan, perusahaan lebih baik meningkatkan kualitas penyaluran kredit melalui penyaringan nasabah yang mumpuni daripada mengejar-ngejar nasabah untuk melunasi pembiayaannya. Pasalnya, penyaluran pembiayaan melalui skema peer-to-peer lending seperti ini memiliki risiko yang sangat tinggi. Terlebih, sejak awal pengajuan aplikasi, nasabah tidak pernah bertatapan langsung dengan pemberi pinjaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Model bisnis seperti ini memiliki credit risk (risiko kredit) yang cukup tinggi. Alasannya, semua prosedur pengajuan dilakukan secara daring tanpa ada tatap muka. Selain itu, calon nasabah kami bisa saja ada yang sebelumnya tidak berhasil mendapatkan dana perbankan karena persyaratan. Tentu saja, perlu mitigasi atas beberapa risiko ini," jelas Darmawan di Yogyakarta, Jumat (31/3).
Salah satu langkah meminimalisasi risiko tersebut adalah dengan memberlakukan tingkat persetujuan pembiayaan (credit acceptance) sebesar 30 persen. Maka dari itu, tak heran jika saat ini UangTeman hanya melayani 5 ribu nasabah dari 50 ribu aplikasi pinjaman yang sudah diterima perusahaan.
Hasilnya, saat ini, perusahaan berhasil menekan angka NPF pada level dua hingga tiga persen. Angka ini jauh di bawah rerata industri fintech lending sebesar 5 hingga 6 persen.
"Di dalam sistem yang kami susun, kami membuat algoritma statistik untuk menilai kecakapan nasabah. Kami melihat, apakah mereka mampu bayar kembali pinjamannya? Apakah mereka bisa bayar on time? Bisa dibilang kami hanya memberi pinjaman bagi orang mampu," imbuhnya.
Kendati demikian, perusahaan menganggap bahwa peningkatan kualitas nasabah harus disertai dengan perbaikan pelayanan. Oleh karenanya, perusahaan menargetkan untuk memangkas waktu pencairan dana dari sebelumnya dua hari setelah pengajuan aplikasi menjadi 15 menit pasca pengajuan aplikasi.
Namun, semakin cepat dana cair, maka harus semakin mumpuni pula sistem teknologi demi memindai kualifikasi nasabah. Untuk itu, perusahaan terus berkomitmen untuk melakukan inovasi teknologi antar periodenya. Beberapa contoh teknologi yang akan dikembangkan perusahaan adalah verifikasi identitas nasabah melalui geolocation, penggunaan teknologi facial recognition untuk menyocokkan data yang dikirim nasabah, hingga penilaian kemampuan meminjam (credit scoring) nasabah melalui rekam jejak digital (digital footprint).
"Jika sistem teknologi yang kami gunakan makin membaik, maka seharusnya kami bisa mendapatkan nasabah yang mampu meski periode pencairan dananya dipangkas," ujarnya.
Sebagai informasi, UangTeman telah menyalurkan pinjaman sebesar US$2,5 juta kepada 5 ribu nasabah sejak beroperasi di 2015. Sebanyak 30 persen dari tujuan penggunaan dana dimanfaatkan oleh sektor UKM. Sementara itu, sebanyak 20 persen dari pengunaan dana dimanfaatkan untuk pendidikan, 25 persen dimanfaatkan untuk pembiayaan kesehatan, dan 20 persen sisanya dimanfaatakan untuk kegiatan konsumsi nasabah.