Kelompok Bahan Pangan Sumbang Deflasi Maret jadi 0,02 Persen

CNN Indonesia
Senin, 03 Apr 2017 11:55 WIB
Bahan makanan menyumbang minus 0,14 persen terhadap inflasi. Deflasi ditopang oleh penurunan harga bahan pangan dan panen raya petani.
Bahan makanan menyumbang minus 0,14 persen terhadap inflasi. Deflasi ditopang oleh penurunan harga bahan pangan dan panen raya petani. (CNN Indonesia/Galih Gumelar).
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi 0,02 persen pada Maret 2017. Data ini jauh berbeda dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi 0,23 persen. Adapun, laju inflasi secara tahun berjalan (year to date) sebesar 1,19 persen dan 3,61 persen secara tahunan (year on year).

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, deflasi berasal dari dua kelompok, yakni kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. "Deflasi terjadi di bahan makanan minus 0,66 persen dan di kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan minus 0,13 persen. Sedangkan, kelompok lain mengalami inflasi," katanya, Senin (3/4).

Lebih lanjut ia merinci, bahan makanan menyumbang minus 0,14 persen terhadap inflasi dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbang minus 0,03 persen kepada laju inflasi Maret. Khusus untuk bahan makanan, deflasi ditopang oleh penurunan harga bahan pangan dan panen raya petani.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bahan pangan terjadi deflasi Maret 0,06 persen, andilnya kepada data Maret minus 0,14 persen. Ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga, yakni cabai merah, beras, ikan segar, telur ayam, dan bawang putih," jelas Suhariyanto.

Bahan pangan yang mengalami inflasi, yakni bawang merah dan minyak goreng. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan. Lima kelompok lain yang menyumbang inflasi, yaitu kelompok makananan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,31 persen. Sedangkan, perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menyumbang inflasi 0,30 persen, serta kelompok kesehatan 0,21 persen.

Sementara itu, sambung Suhariyanto, kelompok sandang mengalami inflasi 0,18 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami inflasi 0,08 persen.

Adapun, kecemasan kontribusi inflasi dari komponen tingkat harga yang diatur pemerintah (administered price) sedikit berkurang, meski kenaikan tarif dasar listrik (TDL) berlaku pada Maret lalu. Pasalnya, dalam catatan BPS, kontribusinya hanya 0,07 persen, namun nilai inflasinya mencapai 0,37 persen.

Sedangkan komponen harga bergejolak (volatile foods) justru deflasi 0,77 persen dengan sumbangan terhadap inflasi, bahkan minus 0,15 persen. Lalu, komponen inti inflasi 0,10 persen dengan sumbangan 0,06 persen kepada inflasi.

Komponen administered price menyumbang inflasi paling banyak lantaran pemerintah memberlakukan kenaikan harga TDL tahap kedua untuk pengguna listrik berkapasitas 900 voltampere (VA) non-subsidi pra-bayar. Hanya saja, deflasi dari volatile foods disebut BPS mampu menetralisir inflasi Maret.

"Penyesuaian tarif listrik andilnya 0,05 persen, namun yang menyebabkan inflasi adalah kenaikan TDL 900 VA non subsidi yang pra bayar, yakni 12,26 persen dari total keseluruhan pelanggan," imbuh dia.

Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yang disurvei BPS, di antaranya 33 kota mengalami inflasi dengan tingkat harganya mengalami inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,24 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Tembilahan dan Banjarmasin sebesar 0,01 persen.

Sementara, 49 kota lainnya mengalami deflasi, deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan, yakni minus 1,49 persen, dan deflasi terendah terjadi di Padang dan Purwokerto sebesar minus 0,01 persen.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER