Trump Tuduh Indonesia Curang, Bursa Saham Dinilai Kebal

CNN Indonesia
Rabu, 05 Apr 2017 20:45 WIB
Analis pasar modal menilai pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal pekan kemarin tengah berada di tingkat yang baik dan cenderung menguat.
Analis pasar modal menilai pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal pekan kemarin tengah berada di tingkat yang baik dan cenderung menguat. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat pasar modal menilai, bursa saham nasional akan 'kebal' dari sentimen negatif yang dilayangkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Indonesia terkait 'cap' negara curang dan merugikan perdagangan AS.

Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal pekan kemarin tengah berada di tingkat yang baik dan cenderung menguat. Bahkan, pada penutupan sore tadi, IHSG ditutup di level 5.676 atau menguat 0,44 persen dibandingkan hari sebelumnya.

"Dengan begini, justru indeks bisa meningkat ke level 5.700 walaupun banyak sentimen dari global, termasuk dari Trump," ujar Edwin kepada CNNIndonesia.com, Rabu (5/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Edwin, setidaknya ada dua sentimen positif yang berhasil menopang penguatan bursa saham nasional yang diprediksi terjadi di sepanjang pekan ini.

Pertama, kenaikan rating layak investasi bagi Indonesia dari lembaga pemeringkat internasional, Standart and Poor's (S&P) dan kedua, pembagian keuntungan atau dividen dari sejumlah perusahaan.

"Pasar terlihat lebih antusias menanti sentimen positif seperti masa pembagian dividen perusahaan dan kenaikan rating Indonesia dari S&P. Sentimen ini memang lebih rasional bagi pelaku pasar," kata Edwin.

Dengan kedua sentimen positif tersebut, Edwin yakin bursa saham nasional siap menangkis sentimen dari Trump. Di saat yang bersamaan, sentimen negatif dari Negeri Paman Sam dinilainya tak cukup rasional disematkan kepada Indonesia sehingga tak mampu membuat pelaku pasar cemas dan melemahkan IHSG.

Menurut Edwin, sangat rasional bila Indonesia atau negara mana saja mengalami surplus perdagangan dari AS. Hal tersebut bisa ditelaah dari jenis produk ekspor dan kebutuhan dari masyarakat di masing-masing negara.

Adapun untuk ekspor terbesar Indonesia ke AS merupakan produk non-migas, seperti alas kaki dan produk tekstil.

Jika melihat jenis komoditas tersebut, maka tentu hal yang lazim bila nilai ekspor Indonesia jauh lebih besar. Sebab, AS memang memiliki kebutuhan yang besar terhadap produk-produk tersebut yang berasal dari Indonesia.

"Jadi mungkin terjadi ketimpangan bukan karena kita berlaku curang, tapi memang struktur barang ekspor yang diminta dari Indonesia itu berbeda. Sedangkan apa yang kita impor dari Amerika, memang belum banyak sehingga nilainya tak sebesar itu," jelas Edwin.

Dengan begitu, sentimen dari Trump tak beralasan dan tak perlu dikhawatirkan dampaknya bagi bursa saham nasional. Di saat yang bersamaan, IHSG terus bergairah seiring dengan penguatan harga sejumlah komoditas, seperti emas, nikel, batu bara, dan minyak dunia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER