Jakarta, CNN Indonesia -- Pergerakan harga minyak pada hari Rabu waktu Amerika Serikat tercatat fluktuatif yang dipengaruhi oleh sentimen persediaan minyak dari Laut Utara dan peningkatan persediaan minyak AS
Dikutip dari Reuters, pemadaman operasi secara tak terduga di Lapangan Buzzard, laut Utara Inggris sebesar 180 ribu barel per hari telah menyokong penguatan harga minyak sejak Selasa pekan ini.
Namun, harga minyak langsung berubah melemah setelah Energy Information Administration (EIA) AS mengumumkan peningkatan persediaan minyak AS 1,6 juta barel pada pekan lalu. Angka ini jauh berbeda dibandingkan prediksi analis yang meramal penurunan persediaan sebesar 435 ribu barel pada pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini merupakan kejutan kedua setelah pada Selasa (4/4) lalu, American Petroleum Association (IPA) melaporkan penurunan persediaan minyak sebesar 1,8 juta barel pada pekan lalu.
Hasilnya, harga Brent berjangka tercatat meningkat US$0,19 per barel ke angka US$54,36. Padahal, pada pertengahan sesi, harga Brent sempat mencapai US$55,09 per barel.
Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) menguat US$0,12 per barel ke angka US$51,15 per barel.
Meski persediaan minyak AS tercatat selalu meningkat, Standard Chartered mengatakan bahwa persediaan minyak saat ini tercatat lebih rendah dibanding sebelumnya. Riset tersebut mengatakan, total persediaan minyak turun 2 juta barel terhadap rerata lima tahun terakhir.
Kebijakan pemangkasan produksi oganisasi negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) telah membantu penguatan harga minyak sejak 1 Januari silam. Namun, upaya itu tertahan peningkatan produksi minyak AS.
OPEC dan negara-negara non-OPEC, termasuk Rusia, masih sepakat untuk memangkas produksi harian sebesar 1,8 juta barel per hari dan mempertimbangkan untuk memperpanjang kebijakan tersebut di paruh kedua tahun 2017.