Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak meningkat 2 persen pada Selasa (28/3) waktu Amerika Serikat setelah gangguan persediaan minyak Libya serta kebijakan pemangkasan produksi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) yang diperkirakan berlanjut hingga semester II mendatang.
Dikutip dari
Reuters, fraksi bersenjata telah memblokir produksi di lapangan minyak Sharara dan Wafa yang terletak di Libya barat. Hal itu mengurangi produksi sebesar 252 ribu barel per hari atau sepertiga dari total produksi Libya.
Oleh karenanya, perusahaan minyak Libya (National Oil Corp/NOC) telah mendeklarasikan kegagalan memenuhi kontrak (force majeure) untuk kedua lapangan minyak tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan, kesepekatan antara OPEC dan negara non-OPEC untuk memangkas produksi dan mengurangi suplai berlebih diperkirakan akan diperpanjang pada semester II mendatang.
Negara non-OPEC Rusia diperkirakan akan ikut bergabung. Selain itu, negara non-OPEC lainnya, Azerbaijan juga mengatakan kesiapannya untuk ikut serta.
Hasilnya, harga minyak Brent meningkat US$0,58 ke angka US$51,33 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) meningkat US$0,64 ke angka US$48,37 per barel. Kedua indeks harga minyak bergerak naik sebesar 2 persen.
Kendati demikian, peningkatan produksi minyak AS masih membayangi harga minyak. Poling analis menunjukkan bahwa persediaan minyak AS diperkirakan akan meningkat 1,4 juta barel pada pekan lalu.
Namun, data American Petroleum Institute (API) menyatakan stok minyak AS meningkat hingga 1,9 juta barel ke angka 535,5 juta barel pada pekan lalu. Kini, pelaku pasar menunggu laporan lain dari Energy Information Administration (EIA) AS yang terbit hari Rabu waktu setempat.
Data API juga menunjukkan, persediaan minyak di hub minyak berjangka di Cushing, negara bagian Oklahoma menurun 576 ribu barel pada pekan lalu.
Meningkatnya persediaan di Cushing kerap menekan harga minyak AS. Naiknya produksi domestik telah memperlebar jarak antara harga minyak WTI dengan Brent. Perbedaan harga kedua minyak ini tercatat yang paling besar setelah AS menghapuskan kebijakan pelarangan ekspor minyak di akhir 2015.