ADB Sebut Jokowi Punya PR Serius Tingkatkan Keahlian Pekerja

CNN Indonesia
Kamis, 06 Apr 2017 23:34 WIB
Pertumbuhan ekonomi dalam dua tahun ke depan akan terhambat jika pemerintah tidak mengatasi kesenjangan keahlian (skill gap) di antara masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi dalam dua tahun ke depan akan terhambat jika pemerintah tidak mengatasi kesenjangan keahlian (skill gap) di antara masyarakat. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Asian Development Bank (ADB) memperkirakan peningkatan investasi swasta, kinerja ekspor dan belanja infrastruktur bakal menjadi motor penjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dua tahun ke depan.

Namun, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan itu akan terhambat jika pemerintah tidak mengatasi kesenjangan keahlian (skill gap) di antara masyarakat.

"Tantangan kebijakan selanjutnya adalah untuk menutup 'skill gap', dengan mendorong perbaikan di tingkat pendidikan dan melanjutkan reformasi dalam pelatihan tenaga kerja," tutur Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein dalam paparannya di Kantor ADB Indonesia, Kamis (6/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam laporan ekonomi tahunan ADB terbaru yang bertajuk Asian Development Outlook (ADO) 2017, ADB mencatat pencapaian pendidikan di Indonesia telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Namun demikian, lebih dari setengah seluruh tenaga kerja belum menuntaskan sekolah menengah atas, dan satu dari empat pemuda belum menyelesaikan pendidikan untuk usia 12 tahun.

Karenanya, mutu pendidikan dan ketidakcocokan antara keahlian yang dimiliki para lulusan dengan kebutuhan di lapangan pekerjaan perlu mendapatkan perhatian khusus.

Menurut, Wicklein, pemerintah perlu menyusun strategi untuk memobilisasi sumber daya pemerintah dan swasta bagi pendidikan dan pelatihan. Pemerintah juga perlu meningkatkan efisiensi belanja di sektor pendidikan publik.

"Kerja sama dengan sektor swasta sangatlah diperlukan, agar para lulusan dapat memenuhi standar keterampilan yang dibutuhkan dan terus berubah seiring pergerakan Indonesia menuju negara berpenghasilan menengah ke tinggi," ujarnya.

Dalam publikasi yang sama, ADB memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,1 persen pada 2017, dan 5,3 persen pada 2018

Pengeluaran konsumsi rumah tangga akan meningkat dengan didukung oleh pemulihan harga komoditas, peningkatan alokasi dana desa maupun kenaikan upah minimum.

Selain itu, investasi swasta juga diperkirakan mengalami kenaikan setelah ekspor komoditas mulai meningkat serta reformasi struktural mampu menghilangkan hambatan berusaha dan membuka beberapa sektor baru bagi investasi asing.

Pangkas Defisit Dagang

Dari sisi kinerja perdagangan, tahun depan ekspor Indonesia akan terbantu oleh membaiknya harga komoditas internasional. Sedangkan impor diperkirakan tumbuh, meski dengan laju yang lambat, karena didukung oleh peningkatan permintaan domestik.

Kinerja perdagangan tahun ini diperkirakan bisa menurunkan defisit neraca transaksi berjalan yang diproyeksikan mencapai 1,7 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto.

Inflasi diperkirakan akan mencapai 4,3 persen atau naik dari tahun lalu 3,02 persen, seiring dengan membaiknya harga komoditas dan penyesuaian harga yang diatur pemerintah.

Sementara, risiko yang dapat mempengaruhi proyeksi ini adalah kemungkinan lambatnya pelaksanaan reformasi kebijakan, kurangnya pendapatan fiskal, ketidakpastian atas kebijakan perdagangan di negara maju dan pemulihan yang melambat di negara mitra dagang utama.

Lebih lanjut, publikasi ini juga mencatat pemerintah Indonesia telah memiliki fokus yang kuat dalam mendorong reformasi di pembangunan infrastruktur, yang bisa mendorong investasi dan diversifikasi kegiatan ekonomi dalam jangka menengah panjang.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER