Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Real Estate Indonesia (REI) membukukan penjualan rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sebanyak 56.250 unit pada kuartal pertama tahun ini. Pencapaian ini tercatat tumbuh sekitar 20-25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 45 ribu unit.
"Penyerapan rumah MBR pada kuartal pertama ini ke arah membaik ya, penjualan rumah MBR naik dari penjualan tahun lalu secara nasional ya," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP REI Paulus Totok Lusida kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (7/4).
Menurut dia, pertumbuhan penjualan MBR didorong oleh beberapa kebijakan pemerintah yang sudah mulai berjalan. Antara lain, subsidi Bantuan Uang Muka (BUM) sebesar Rp4 juta untuk masing-masing rumah, serta bantuan prasarana, sarana dan utilitas (PSU).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah, kalau tahun lalu pemerintah belum siap, sekarang semua sudah siap dan lebih pasti," imbuh Totok.
REI menargetkan dapat memenuhi pembangunan rumah MBR sebanyak 250 ribu unit di sepanjang tahun ini atau meningkat dari realisasi tahun lalu, yaitu 150 ribu unit.
"Tahun lalu, 150 ribu unit rumah. Sekarang, 250 ribu unit rumah. Itu dari REI-nya ya. Untuk kuartal I ini, kami sudah memenuhi 80 ribu unit rumah," jelas Totok.
Totok optimistis, pembangunan rumah MBR dapat terserap 100 persen. Pada akhirnya, jumlah kebutuhan rumah semakin berkurang tiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kebutuhan rumah mencapai 13,5 juta unit dan setiap tahunnya bertambah 800 ribu unit.
Sementara itu, Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) menyebut tingkat petumbuhan penjualan rumah MBR masih melambat, yakni hanya tiga persen dari sebelumnya.
Ketua Dewan Pertimbangan Apersi Eddy Ganefot mengungkapkan, penjualan properti khususnya rumah masih belum cukup membaik. Lihatlah, bukan cuma MBR yang naik tipis pada kuartal I tahun ini, rumah komersial murah pun hanya tumbuh dua persen. Sedangkan, penjualan rumah mewah stagnan.
Kondisi ini, sambung Eddy, sebenarnya sudah diperhitungkan karena kenaikan penjualan lebih tinggi biasanya terjadi pada kuartal II dan III. Selain itu, masyarakat juga relatif wait and see (menunggu) jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta putaran kedua.
"Karena, kondisi ekonomi kurang bagus. Ditambah dengan situasi politik yang kurang mendukung dan pengetatan dari perbankan terkait pinjaman konstruksi dan penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR)," ungkap Eddy.
Jika REI membidik membangun dan melego rumah MBR hingga 250 ribu unit rumah pada tahun ini, Apersi justru tak terlalu ambisius dengan hanya menargetkan 120 ribu unit rumah.
Per Februari, total penjualan rumah MBR oleh Apersi sendiri baru berkisar 15 ribu unit. "Kemungkinan, sampai Maret mencapai 20 ribu unit rumah. Secara nasional, penjualan rumah MBR mungkin bisa 10 persen sampai 15 persen," kata Eddy.
 Ilustrasi pembangunan rumah. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra). |
Kolaborasi Pengembang dengan PemerintahSebetulnya, menurut Totok, penyerapan rumah MBR tidak semudah yang diharapkan. Hal ini dikarenakan rumah-rumah MBR berada di pinggir kota yang jauh dari perkantoran, sehingga menyulitkan pembeli rumah untuk bekerja atau beraktivitas.
Sebagai solusi, REI melakukan kerja sama dengan pemerintah dan pengembang swasta untuk membangun kota baru atau kota mandiri di beberapa pelosok daerah. Ini bakal memudahkan masyarakat, sehingga tidak ragu membeli rumah MBR.
"Jadi, kami ada program melalui divisi rumah sekitar industri untuk menciptakan 10 kota baru. Dalam artian, ada industrinya, kantor, dan infrastrukturnya. Jadi, tidak dikatakan lagi rumah dekat sawah," terang Totok.
Dalam hal ini, pemerintah akan menciptakan infrastrukturnya dan pengembang yang membeli tanah untuk dibangun kota baru tersebut. Sehingga, pemerintah tidak perlu keluar biaya penuh untuk menghidupkan satu daerah.
"Kami mulai dalam satu hingga dua bulan mendatang untuk pembangunannya, targetnya tahun ini tercipta tiga kota baru," ucapnya.
Nantinya, tiga kota baru itu akan dibangun di Kendal (Jawa Tengah), Morotai (Maluku Utara), Lingga (Riau). Beberapa kawasan di Papua juga akan menjadi incaran selanjutnya pembangunan kota baru tersebut.
"Untuk Morotai sudah ada investor asing dari Taiwan yang ingin membangun kawasan industrinya," katanya.
Diharapkan, pembangunan rumah MBR dapat merata di semua daerah. Sehingga, masyarakat di Jawa juga dapat memanfaatkan hal ini untuk migrasi ke beberapa kawasan tersebut.
"Jadi, masyarakat Jawa juga bisa migrasi ke Morotai misalnya," tutup Totok.