Jakarta, CNN Indonesia -- Harga saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) hari ini (13/4), dibuka turun 0,27 persen di level Rp8.950 per saham, menyusul pengumuman Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) kemarin malam. KLHS merekomendasikan penambangan di Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih di Rembang belum dapat dilakukan.
Dengan demikian, aktivitas penambangan Semen Indonesia di CAT Watuputih juga belum dapat dilakukan. Padahal, perusahaan telah membangun pabrik Rembang dan mengambil bahan baku dari Tuban untuk proses uji coba.
"Kalau begini kan pasti pengembalian investasi mereka akan tertunda dari target yang direncanakan. Pasti mempengaruhi korporasi," ungkap Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (13/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guna membangun pabrik tersebut, Semen Indonesia telah menggelontorkan dana sebesar Rp4 triliun. Saat ini, pembangunan sudah mencapai 99 persen. Adapun jika sudah mencapai 100 persen, total biaya yang dikeluarkan perseroan diperkirakan mencapai Rp4,98 triliun.
Kendati demikian, Hans menilai, kemungkinan mundurnya pengoprasian pabrik Semen Indonesia di Rembang tidak memberikan dampak signifikan terhadap keuangan perusahaan. Pasalnya, saat ini permintaan (demand) semen belum banyak meningkat ditengah melimpahnya penawaran.
"Ini akan ganggu, tetapi penjualan semen juga masih melambat. Jadi tidak terlalu besar pengaruhnya," imbuh Hans.
Hans pun tetap memberikan rekomendasi
buy untuk saham Semen Indonesia karena harganya yang sudah hampir mencapai target, yakni Rp9.200. Adapun posisi harga saham perusahaan pada 09.50 WIB berada di level Rp8.925, atau turun tipis 0,56 persen dari harga pembukaan pagi ini.
"Rekomendasi tetap
buy dari kami. Harga sudah mendekati target," terang Hans.
Sebelumnya, Direktur Utama Semen Indonesia Rizkan Chandra menyebut, pabrik di Rembang ditargetkan dapat beroperasi mulai semester pertama tahun ini. Dia mengklaim, perusahaan telah memperoleh seluruh perizinan. Namun, pabrik belum dapat beroperasi karena masih menunggu hasil KLHS.
"Seluruh izin sudah diperoleh, izin usaha pertambangan, dan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) misalnya," jelas Rizkan.
Namun, dengan rekomendasi KLHS yang diumumkan tadi malam, otomatis pabrik di Rembang belum dapat beroperasi, menunggu KLHS tahap II. KLHS tersebut mencakup keseluruhan Pegununangan Kandeng yang melintasi tujuh kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur.