Jakarta, CNN Indonesia -- PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) menargetkan sebanyak 50 perusahaan akan bergabung di Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah (Jateng) hingga akhir tahun ini. Saat ini, terdapat 30 perusahaan yang telah bergabung di KIK.
KIK merupakan kawasan industri yang dibangun oleh PT Kawasan Industri Kendal, atau anak perusahaan hasil
joint venture (JV) bersama perusahaan asal Singapura, Sembawang Corporation (Sembcorp). Adapun pada perusahaan tersebut, Jababeka memegang porsi saham mayoritas sebesar 51 persen.
"Jawa Tengah menurut Gubernur Ganjar Pranowo memang pesat sehingga untuk beberapa sektor tekstil,
spare part (suku cadang), dan beberapa model pabrik sepeda mulai masuk KIK," ujar Direktur Pengembangan Bisnis Jababeka Hyanto Wihadhi, Kamis (13/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara keseluruhan, menurut Hyanto, total luas laha KIK mencapai 2.700 hektare (ha). Namun, untuk tahap pertama, pihaknya baru akan mengembangkan lahan KIK seluas 1.000 ha.
"Harapan kami tahun ini sekitar 50 ha sampai 100 ha," imbuh dia.
Perusahaan menargetkan pra penjualan
(marketing sales) untuk proyek tersebut di tahun ini mencapai Rp500 miliar. Sementara itu, perusahaan berharap dapat meraup pra penjualan sebesar Rp1,4 triliun dari kawasan industri di Cikarang. Adapun kawasan industri Cikarang saat ini didominasi oleh perusahaan di sektor manufaktur elektronik dan suku cadang otomotif.
Hyanto pun mengaku, pihaknya masih akan terus melakukan akuisisi di Kendal sepanjang tahun ini. Namun, perusahaan belum memiliki rencana untuk melakukan akuisisi lahan di kawasan lain seperti, Cikarang, dan Tanjung Lesung.
"Tanjung Lesung merupakan industri pariwisata dengan lahan resort 1.500 ha," terangnya.
Pada tahun ini, Kawasan Industri Jababeka berencana menggelontorkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp600 miliar. Kebutuhan modal tersebut akan dipenuhi dari kas internal perseroan.
"Untuk pinjaman nantilah, sumber (dana) dari kas internal," jelasnya.
Sepanjang tahun lalu, pendapatan perusahaan turun tujuh persen dari Rp3,13 triliun pada tahun sebelumnya menjadi Rp2,93 triliun. Kendati pendapatan turun, laba bersih perseroan naik 29 persen menjadi Rp436,62 miliar.
"Tahun ini pendapatan ditargetkan naik 10 persen-20 persen," tutupnya.