Jakarta, CNN Indonesia -- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (Wika) dengan PT Pembangunan Bali Mandiri (PBM) menyatakan siap membangun bandar udara baru di Desa Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali. Pembangunan bandara itu ditujukan untuk menunjang pariwisata di Pulau Dewata.
"Kami sangat mendukung program pemerintah berkenaan dengan percepatan pembangunan infratsruktur di Tanah Air, termasuk rencana pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata di Pulau Bali, tepatnya di Desa Kubutambahan, Kabupaten Buleleng," kata Presiden Direktur Wika Bintang Perbowo, dikutip dari Antara, Sabtu (15/4).
Lebih lanjut ia menuturkan, konsorsium Wika dan PBM itu akan membuka peluang bagi BUMN, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Perusahaan Daerah (Perusda) Bali atau perusahaan lainnya untuk bergabung dalam konsorsium pembangunan bandara dengan biaya konstruksi sekitar Rp4,8 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bintang berpandangan, pembangunan ini sudah sangat mendesak sebagai sarana pendukung wisatawan mancanegara yang ditargetkan sebanyak 20 juta per tahun pada 2020 mendatang.
Namun, sebelum memulai pembangunan, Wika tengah menunggu penetapan lokasi definitif pembangunan bandara dari Kementerian Perhubungan dalam bentuk titik-titik koordinat, batas-batas landasan pacu, dan terminal di atas lahan Desa Kubutambahan.
"Selanjutnya, pihak konsorsium akan segera memperdalam studi desain yang paling efisien dengan waktu penyelesaian yang lebih cepat serta biaya yang paling murah dibandingkan perusahaan lainnya agar proyek tersebut benar-benar ekonomis dan feasible," ujarnya.
Ia melanjutkan, perusahaan sudah berpengalaman dalam membangun bandara secara konsorsium dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya maupun dengan perusahaan swasta lainnya. Ia kemudian mencontohkan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Balikpapan di Kalimantan Timur, dan Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, seharusnya realisasi pembangunan bandara baru di Kabupaten Buleleng bisa dipercepat karena telah mengantongi persetujuan dari sejumlah pemangku kepentingan terkait.
"Saya sudah bilang ke Menteri Perhubungan. Prinsipnya untuk kebutuhan, Menhub sudah setuju, Menteri Pariwisata setuju, Gubernur sudah setuju, seharusnya ini bisa cepat," kata Arief Yahya.
Arief juga mengaku telah bertanya pada PT Angkasa Pura I (Persero) terkait hal ini. Menurut Arief, operator bandara pelat merah itu menyatakan tertarik dalam mengelola bandara baru tersebut.
"Terlalu kritis untuk Bali dengan satu bandara kalau terjadi apa-apa," ucapnya.
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan, izin lokasi pembangunan bandara baru Buleleng itu belum dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan hingga saat ini. Jajaran Pemerintah Provinsi Bali, tambahnya, sudah beberapa kali menemui Menteri Perhubungan supaya lokasi pembangunan bandara tersebut dapat ditentukan.
Selain itu, opsi investor yang akan membangun bandara juga sudah jelas, yaitu antara Airport Kinesis Canada (AKC) dan PBM. "Kalau mereka (investor) berani maju, berarti harus ada duitnya," ujar Pastika.