Jakarta, CNN Indonesia -- PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) baru saja melego saham anak usahanya PT Panorama Tours Indonesia (PTI) dengan porsi yang tidak sedikit, sebesar 40 persen kepada salah satu perusahaan travel internasional yang berpusat di kota Tokyo, Jepang, yakni Japan Travel Bureau (JTB) Corporation.
Setelah penjualan saham tersebut, otomatis kepemilikan Panorama Sentrawisata turun menjadi 60 persen. Meski begitu, Panorama Sentrawisata tetap menjadi pemegang saham mayoritas di Panorama Tours.
Kini, perusahaan travel yang berdiri sejak 1999 itu berganti nama menjadi PT Panorama JTB Tours Indonesia. Total cabang yang dimiliki JTB Corporation sendiri berjumlah 520 kantor yang tersebar di 101 kota dalam 37 negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manajemen Panorama berharap dengan masuknya JTB Corporation ke dalam perusahaan, maka dapat menjadikan Panorama sebagai perusahaan travel yang lebih mengenal negara Jepang dibandingkan dengan perusahaan travel lainnya.
Di sisi lain, Presiden Direktur Panorama JTB Tours Indonesia Royanto Handaya menyebut, proses dari akuisisi JTB Corporation ke Panorama sendiri cukup memakan waktu lama. Pasalnya, jumlah saham yang dilepas tergolong besar.
 Suasana travel fair. (CNN Indonesia/Djonet Sugiarto) |
Panorama menargetkan pertumbuhan angka pendapatan yang signifikan dengan masuknya mitra baru ke dalam perusahaan. Royanto mengklaim, perusahaan memiliki beragam produk bepergian ke Jepang untuk berbagai musim.
Untuk mengetahui lebih rinci proses dari akuisisi yang dilakukan oleh JTB Corporation, tujuan Panorama memilih JTB Corporation menjadi mitranya, dan target Panorama setelah akuisisi dilakukan, simak ulasan wawancara
CNNIndonesia.com dengan Royanto pada Kamis (30/3) lalu.
Kapan tepatnya proses akuisisi oleh JTB Corporation mulai dilakukan?Sebenarnya prosesnya sudah dari satu setengah tahun yang lalu. Kami mulai melakukan pendekatan dan
conditional sales process agreement ditandatangani di Tokyo itu tanggal 30 Januari 2016, tapi
closing-nya baru akhir Maret 2017.
Pihak mana yang memulai pendekatan?Kami tidak mungkin mencari siapa yang mau berinvestasi di dalam perusahaan kami kan, jadi mereka lakukan pendekatan. Prosesnya cukup lama, karena perusahaan Jepang biasanya mencari persamaan visi, misi. Kemudian mereka mencari yang ada kesesuaiannya, sampai akhirnya mereka menetapkan hati dan mau sama-sama mengembangkan pasar di Indonesia.
Apa pertimbangan Panorama akhirnya menyetujui proses akuisisi oleh JTB Corporation?Nah, itu masuk pembahasan dalam satu setengah tahun. Kami melihat bahwa JTB itu masuk sebagai strategic partner. JTB sendiri punya bisnis yang boleh dibilang mirip-mirip dengan Panorama. Jadi berarti kami melihat ada kesesuaian.
Kemudian, tidak ada salahnya untuk kami sama-sama karena ketika perusahaan global mau masuk ke Indonesia. Kan JTB itu punya
global knowledge, dia punya
global status. Nah masuk ke Indonesia kan dia harus punya
local knowledge.
Sementara, kalau Panorama Tours mau bergerak ke regional, kan Panorama Tours itu sebagai
local company. Ketika masuk ke regional kan kami sama-sama dianggap sebagai
new kids. Jadi berarti pada saat itu kami menyadari, bahwa kami perlu
strategic partner.
Tujuannya supaya kami bisa membangun kerja sama, yang kami
local company ini, kami butuh
global network kan. Nah jadi berarti
nyambung. Kami bertemu, di situ
nyambung-nya, ada simbiosis mutualisme karena dua-duanya saling membutuhkan.
Apa keuntungan yang dapat diraih oleh masing-masing pihak?Kalau kami jadi satu, kesempatan JTB Corporation untuk garap Japan Corporation di Indonesia kan jadi besar. Pengetahuan mengenai Jepang meningkat kan, dan otomatis kami bisa menjadi spesialis Jepang.
Di sisi lain, bagi JTB Corporation, Panorama JTB itu bisa menjadi spesialis Indonesia. Ketika kami ingin membangun pasar, namanya pasar bleisure.
Bleisure itu bisnis dan
leisure.
Corporation yang masuk ke Indonesia kan mereka juga memerlukan pelayanan karena mereka biasanya harus ada kunjungan yang rutin ke Indonesia. Itu kan suatu market yang spesifik, hanya bisa ditangani oleh Panorama JTB.
Panorama berharap menjadi spesialis Jepang dengan adanya JTB Corporation di dalam perusahaan. Berapa target spesifik perusahaan dalam memberangkatkan konsumen ke Jepang?Prinsipnya Panorama JTB ini tetap melayani paket-paket seperti ke Eropa, Amerika, Afrika, atau kami juga melayani paket-paket seperti Jepang, Korea, China, Australia, dan New Zealand.
Jadi sebetulnya, semua kami layani. Memang ada porsi komplit, tapi porsi Jepang kami tidak mendominasi. Namun dengan menjadi spesialis Jepang, otomatis kami berharap bahwa porsi Jepang juga bertumbuh. Hanya saja tidak akan menggantikan destinasi yang sudah kami bangun sejak lama.
Berapa persen pertumbuhan yang diharapkan perusahaan?Sekarang masih terlalu dini, masih belum bisa bicara karena yang penting kan ini menggabungkan supaya lancar dulu. Nah setelah itu kami baru bisa lari. Tapi, karena kami orientasinya dua-duanya adalah
strategic partner, rencana bisnis kami dalam jangka panjang. Target lima tahun ke depan kami punya rencana untuk tumbuh tiga kali lipat dari sekarang dari sisi pendapatan.
Jika melihat secara keseluruhan, bagaimana kondisi industri bisnis pariwisata saat ini?Masyarakat Indonesia kan pada 2014 dan 2015 lalu, ekonomi Indonesia kan slowing down dan baru pada tahun 2016 bangkit (rebound) dan berada di atas 5 persen. Berarti, kalau suatu negara itu pertumbuhannya lebih dari 5 persen setiap tahun berarti yang tumbuh ekonominya, berarti kelas menengahnya juga tumbuh.
Ketika kelas menengah tumbuh, orang yang membutuhkan travelling itu adalah kelas menengah. Apalagi sekarang kalau kami lihat banyak acara bertajuk travel fair yang antre bukan main.
Jadi berarti dengan demikian, kami dapat katakan bahwa travelling itu sudah menjadi gaya hidup. Prospeknya sangat cerah. Bukan hanya di kota-kota besar, termasuk di wilayah-wilayah yang di luar Jakarta.
Kami bisa lihat karena Panorama Tours bukan hanya ada di kota-kota besar, tapi melalui cabang di kota kecil atau menengah. Semuanya tetap menunjukan pertumbuhan yang baik.
Berapa target jumlah konsumen yang bepergian ke luar negeri tahun ini?Setiap tahun itu selalu ada peningkatan, karena jumlah pasarnya juga mengalami peningkatan. Jumlah kelas menengah semakin banyak. Kalau dilihat dari pertumbuhan selama lima tahun atau enam tahun terakhir, rata-rata pendapatan kami tumbuh 18 persen.
Panorama JTB ini hanya untuk domestik dan
outbound (wisatawan yang bepergian ke luar negeri). Jadi kurang lebih, jumlah pertumbuhan bisnis
outbound sama seperti itu.
Jika dibandingkan, lebih banyak konsumen yang memilih perjalanan di dalam negeri atau outbound?Kontribusi terbanyak
outbound. Namun, orang Indonesia sebetulnya
outbound sama domestik itu hanya pilihan. Kalau mau berangkat domestik terus, kan lebih menarik kalau sekali domestik dan sekali ke luar negeri.
Tergantung dari masing-masing, ada yang lebih suka ke luar negeri atau dalam negeri. Namun yang pasti kami tidak mungkin hanya mengandalkan
outbound atau hanya mengandalkan domestik.
Setelah akuisisi oleh JTB Corporation, apakah ada penjajakan lain yang akan menjadi aksi korporasi perusahaan setelah ini?Sebetulnya
strategic partner yang memiliki saham 40 persen itu sudah merupakan suatu keputusan yang final, jadi berarti kami tidak berencana untuk menambah lagi.
(gir)