Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak kembali memantul pada hari Rabu (26/4) waktu Amerika Serikat (AS) setelah sebelumnya dirundung tren penurunan. Peningkatan ini disebabkan oleh persediaan minyak mentah AS yang turun secara tak terprediksi.
Dikutip dari Reuters, Energy Information Administration AS mengatakan bahwa persediaan minyak menyusut 3,6 juta barel pada pekan lalu, atau melebihi prediksi analis. Data milik pemerintah AS ini terbilang mengejutkan mengingat data American Petroleum Institute (API) sehari sebelumnya menunjukkan peningkatan stok minyak.
Hal ini memicu aksi beli setelah sebelumnya aksi jual mewarnai sesi perdagangan minyak beberapa hari sebelumnya. Aksi jual sebelumnya dilakukan karena pelaku pasar cemas jika persediaan minyak global masih terjadi di tengah upaya organisasi negara-negara produsen minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) membatasi produksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, harga West Texas Intermediate (WTI) meningkat US$0,06 per barel ke angka US$49,62 per barel. Sementara itu, harga Brent tetap melemah tipis sebesar US$0,21 per barel ke angka US$51,82 per barel.
Selain itu, laporan EIA juga menunjukkan adanya pertumbuhan stok bensin dan produk distilasi. Utilisasi pengilangan AS meningkat ke angka 94,1 persen, atau tertinggi sejak November 2015, sehingga mendorong persediaan bensin menjadi 241 juta barel.
Secara rerata, pemrosesan kilang mencapai 17,3 juta barel minyak mentah per hari. EIA mengatakan, kondisi tersebut merupakan rekor baru.
Sayangnya, analis masih memperkirakan bahwa permintaan bensin AS akan terus melemah. Hal ini dikhawatirkan akan membebani harga minyak di kemudian hari.
Namun, harga Brent dan WTI diperkirakan mendapat sokongan setelah Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan tertarik untuk mengetahui perbincangan antara negara-negara OPEC dan non-OPEC untuk menstabilkan harga.
Sebelumnya, OPEC dan produsen lainnya sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 1,8 juta barel per hari sepanjang paruh pertama 2017. OPEC akan bertemu kembali pada bulan Mei mendatang untuk membahas perpanjangan periode pembatasan produksi.