Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) berharap bulan suci ramadan dan lebaran mampu mendongkrak pertumbuhan penjualan minuman ringan, setelah dilanda kelesuan pada kuartal I 2017 sebesar 4 persen.
Ketua Umum Asrim Triyono Prijosoesilo menerangkan, momen hari raya tersebut bisa meningkatkan volume penjualan hingga 30 persen atau minimal sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Kendati demikian, ia tak mau terlalu berharap, mengingat daya beli masyarakat tengah tak menentu.
Dalam hal ini, mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), di mana kontribusi konsumsi masyarakat terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 56,95 persen. Angka ini tercatat lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 57,7 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berharap, dua bulan ke depan pertumbuhan industri bisa membaik karena momen Lebaran. Apakah cukup tinggi apa tidak, ya lihat nanti. Kami sedang lakukan analisa mendalam mengenai hal ini. Tapi, biasanya kenaikan penjualan volumenya bisa mencapai 30 persen," ujar Triyono, Senin (8/5).
Ia melanjutkan, produsen minuman ringan biasanya mempersiapkan produksi dua bulan sebelum kebutuhannya meningkat. Di samping itu, produsen juga akan menitikberatkan pada produk-produk yang terjangkau, mengingat permintaan minuman ringan sangat tergantung dengan perubahan harga.
"Minuman siap saji ini bukan produk primer. Artinya, produsen gampang beralih kalau harga kemahalan. Makanya, banyak produk yang dikemas dengan sangat kecil, ini pentingnya
affordability. Contohnya, minuman cup, ini jarang sekali ada di luar negeri. Hanya di Indonesia saja jenis minuman ini laris," paparnya.
Meski momen lebaran memberikan secercah harapan, sayangnya ia masih belum bisa menghitung target pertumbuhan industri akhir tahun mendatang. Pasalnya, selain lebaran, cuaca bisa menjadi sentimen buruk bagi penjualan minuman berpemanis nantinya.
Ia menuturkan, pertumbuhan penjualan minuman ringan akan laris ketika musim kemarau tiba. Namun, melihat kondisi cuaca yang tak menentu, ia khawatir, permintaan minumannya akan turun. Apalagi, tren pertumbuhan industri minuman ringan juga terbilang menurun setiap tahunnya.
"Mungkin kami baru tahu prediksi sepanjang tahun setelah lebaran mendatang. Tapi melihat tren-nya, ini turun terus," terang dia pesimis.
Sebagai informasi, pertumbuhan industri minuman ringan sempat memuncak pada 2009 silam dengan angka 15,44 persen. Lalu, angka itu menurun ke posisi 10,91 persen di 2010, dan 9,56 persen di 2011, dan menurun ke angka 7,5 persen pada akhir tahun lalu.