Jakarta, CNN Indonesia -- PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex berharap kajian penjualan seragam militer ke Kamboja selesai tahun ini. Sehingga, penjualan ekspor ke negara tersebut dapat segera dilakukan.
Seperti diketahui, rencana penjualan seragam militer ke Kamboja sudah dihembuskan oleh perusahaan sejak 2015 lalu. Hanya saja, perusahaan belum juga menemukan titik temu dengan pihak Kamboja dalam merealisasikan rencana tersebut.
Wakil Direktur Utama Sritex Iwan Kurniawan Lukminto menjelaskan, perusahaan masih melakukan penjajakan dengan pemerintah Kamboja. Ia mengaku, penjajakan itu sendiri baru dilakukan awal tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu masih penjajakan, untuk ke Kamboja jual beli saja," ungkap Kurniawan, Kamis (18/5).
Iwan mengaku, proses yang dilalui perusahaan memang tidak mudah dan cepat karena penjualan seragam militer ini langsung kepada pemerintahan di Kamboja. Untuk itu, manajemen belum dapat memastikan waktu yang tepat penjualan ke Kamboja dapat dilakukan.
"Karena kalau sama pemerintah itu kan agak panjang prosesnya," terang dia.
Sementara itu, perusahaan juga akan meningkatkan penjualan seragam militer untuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO sebesar delapan hingga 10 persen tahun ini.
"Iya penetrasi lebih lanjut, misalnya sekarang kami menjual untuk angkatan darat nah nanti kami suplai untuk angkatan lautnya. Angkatan darat itu polisinya," papar Kurniawan.
Kurniawan menambahkan, perusahaan juga akan mengembangkan penjualan ekspor ke Amerika Serikat (AS) dan kawasan Eropa karena dinilai sebagai pasar yang strategis.
Selain itu, perusahaan juga optimistis dengan industri tekstil pasca keluarnya AS dari kemitraan Trans Pasifik (TPP). Menurutnya, hal itu memberikan Sritex atau industri tekstil di Indonesia bersaing dengan Vietnam yang selama ini diuntungkan oleh TPP.
"Karena ini kan Vietnam kalau kami melihat industri tekstil mereka
booming tinggi sekali karena adanya mereka masuk ke TPP. Dari situ Indonesia terus terang agak lambat 5 tahun terakhir ya," ujar Kurniawan.
Asal tahu saja, porsi penjualan ekspor Sritex hingga akhir tahun lalu sebesar 52 persen. Sementara, pada kuartal I 2017 naik tipis menjadi 53 persen. Untuk tahun ini, perusahaan menargetkan penjualan ekspor tumbuh menjadi 55 persen terhadap total penjualan.
Bagi DividenAdapun, pemegang saham menyetujui pembagian keuntungan (dividen) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) sebesar Rp55,78 miliar dari total laba bersih perusahaan US$59,3 juta.
"Total dividen itu tidak mengalami perubahan dari total angka dividen pada tahun sebelumnya," pungkas Kurniawan.
Total dividen yang diberikan sebanyak 18,59 miliar saham dan akan diberikan pada 21 Juni 2017 kepada pemegang saham per tanggal 31 Mei 2017.
Adapun, Kurniawan mengaku, Sritex masih menjadi pemimpin pasar hingga akhir Maret tahun ini dengan total penjualan US$180,2 juta. Angka itu meningkat 6,8 persen dari sebelumnya US$168,7 juta.
Kemudian, untuk laba bersih sendiri naik 7,8 persen menjadi US$17,7 juta dari US$16,4 juta.
Tahun ini, perusahaan menargetkan dapat membukukan laba bersih sekitar US$65juta-US$68 juta. Untuk pendapatan diharapkan sebesar US$734 juta-US$762 juta.
"Beberapa rencana strategis perusahaan tahun ini dengan normalisasi kapasitas produk baru, efisiensi operasional dan produksi, inovasi produk bernilai tambah tinggi, pengembangan sumber daya manusia, dan memperkuat struktur modal," paparnya.