Jakarta, CNN Indonesia -- PT Intiland Development Tbk (DILD) berencana menggenjot kontribusi pendapatan dari segmen properti investasi. Perusahaan menilai segmen tersebut memberikan stabilitas operasional dan pertumbuhan dalam jangka panjang.
Perusahaan mencatat, nilai penjualan sepanjang tiga bulan pertama di tahun ini baru mencapai Rp319 miliar atau hanya 13,86 persen dari total nilai penjualan yang ditargetkan senilai Rp2,3 triliun sepanjang 2017.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono mengatakan, penjualan sepanjang kuartal I 2017 memang belum memuaskan lantaran gairah sektor properti masih melanjutkan pelemahan sejak dua tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lesunya sektor properti tersebut, terpaksa membuat perusahaan menunda peluncuran dan pemasaran dua properti milik perusahaan, yang sebetulnya ditargetkan rilis ke pasaran pada akhir tahun lalu.
"Tahun lalu seharusnya ada launching properti kami yang ada di Jakarta dan Surabaya, yang kami tunda mengingat pasar belum bergairah. Karena itu penjualan belum bisa kami capai," ujar Achied usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Intiland Tower, Jakarta, Kamis (18/5).
Bahkan, bila dibandingkan dengan nilai penjualan properti pada kuartal IV 2016, pendapatan yang berhasil dikumpulkan Intiland pada kuartal I 2017 lalu, tergerus sekitar 32 persen. Kendati begitu, nilai penjualan di kuartal I 2017 jauh lebih baik dibandingkan kuartal I 2016 yang hanya sebesar Rp100,1 miliar.
Sementara, secara keseluruhan, total pendapatan usaha Intiland pada kuartal I 2017 sebesar Rp398,7 miliar atau turun sekitar 32,3 persen dari pendapatan usaha periode yang sama pada tahun lalu yang mencapai Rp588,7 miliar.
"Tapi ada tambahan pendapatan sebesar Rp1,3 triliun yang belum dimasukkan dan akan dibukukan pada laporan pembukuan akhir tahun 2017 dari penjualan yang sudah terjadi," kata Achied.
Sebagai informasi, berdasarkan kategori pengembangannya, sumbangan pendapatan usaha Intiland sekitar 40 persen berasal dari pengembangan mixed-use & high rise senilai Rp158,6 miliar. Lalu, sebanyak 25 persen disumbang dari kategori properti investasi dengan nilai Rp100,7 miliar.
"Pendapatan dari segmen properti investasi naik 41 persen dibandingkan kuartal I tahun lalu. Kami terus meningkatkan kontribusi segmen ini karena memberikan stabilitas operasional dan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang," jelasnya.
Kemudian, sebanyak 23 persen disumbang oleh kategori pengembangan kawasan industri sebesar Rp91 miliar dan 12 persen diberikan oleh kategori pengembangan kawasan perumahan sebesar Rp48,3 miliar.
Sementara sisanya, berasal dari sumber pendapatan berkelanjutan (
recurring income) berupa penyewaan ruang kantor, ritel, bangunan pabrik standar, pengelolaan klub olahraga, dan fasilitas lainnya.
Sedangkan, berdasarkan jenis pendapatan usaha, kontribusi pendapatan pengembangan masih menjadi sumber pendapatan utama Intiland sebesar Rp298 miliar atau setara 75 persen dari total pendapatan. Lalu, 25 persen sisanya berasal dari pendapatan properti investasi sebesar Rp100,7 miliar.
Sebagai informasi, di tahun lalu, nilai penjualan yang berhasil dicatatkan oleh Intiland sebesar Rp1,632 triliun atau 13 persen lebih rendah dari nilai penjualan sepanjang 2015 senilai Rp1,874 triliun.
Adapun untuk tahun ini, ditargetkan nilai penjualan bisa tumbuh hingga 40 persen di angka Rp2,3 triliun. Menurut Archied, target tersebut akan dicapai oleh perusahaan dengan meluncurkan properti di Jakarta dan Surabaya pada semester II 2017 mendatang.